Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. (Profil)
Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ
CENDEKIAWAN muslim Quraish Shihab, dalam Tafsir Al-Mishbah episode kedua di Metro TV membahas Surah Luqman ayat 12-19. Surah ini bercerita pentingnya rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.
Luqman, menurut mayoritas ulama, bukanlah seorang nabi. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai budak. Namun, Luqman memperoleh anugerah Allah berupa hikmah. Di antara hikmah yang diamalkan Luqman ialah rasa syukur kepada Allah SWT.
Quraish menjelaskan tiga unsur yang mencakup munculnya rasa syukur. Pertama, hati seseorang harus menyadari bahwa nikmat yang ia terima bersumber dari Allah. Kesyukuran hati akan mendorong lidah, sebagai unsur kedua, untuk mengucap syukur. Ketiga, rasa syukur akan tecermin pada amal perbuatan.
“Jadi, syukur itu hati, lidah, dan menggunakan anugerah itu sesuai dengan tujuan. Siapa pun yang bersyukur kepada Allah, maka manfaat kesyukuran akan kembali kepada dirinya sendiri,” kata Quraish.
Rasa syukur, lanjutnya, juga akan menambah rasa nikmat atas anugerah yang diberikan Allah. Quraish menyebutkan sejatinya manusia yang kaya bukanlah mereka yang bergelimang harta, justru mereka yang kebutuhannya semakin berkurang.
Di dalam Alquran melalui surat Luqman, Allah juga memerintahkan untuk tidak melakukan kezaliman. Bentuk zalim yang paling besar sebagaimana Luqman menasihati anaknya ialah mempersekutukan Allah.
“Sesungguhnya mempersekutukan Allah itu ialah kezaliman yang besar,” ujar Quraish.
Cermin perbuatan zalim dalam bentuk yang kecil pun, kata Quraish, dapat tergambar di dalam keseharian manusia. Zalim, menurutnya, menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Anak semestinya menghormati kedua orangtuanya, terutama sang ibu. Sayangnya, Quraish menilai, dalam hubungan antara orangtua dan anak, banyak pula orangtua yang salah paham. Mereka mencintai anaknya, tetapi memaksakan kehendak agar si anak menjadi seperti mereka. Padahal, anak pun memiliki hak untuk memilih apa yang dianggapnya sesuai dengan tuntunan agamanya atau pengembangan dirinya.
Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/106449-kaya-dengan-bersyukur