Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur/Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)
Catatan Di Hari Terakhir Perjalanan Di Istanbul, Turki
Saya tidak akan menulis ulang beberapa dalil dan amalan umat Islam di Turki, di catatan ini saya menambahkan dalil Amaliah Ahlusunah wal Jamaah di Turki yang ada kesamaan dengan Negeri kita:
– Amaliah
Mazhab Fikihnya adalah Hanafi, zikir setelah salat yang saya jumpai imam mengeraskan bacaan zikir hampir sama dengan umat Islam di Indonesia. Saf salat berjarak karena sedang pandemi. Soal Qunut Subuh dan bacaan Basmalah dalam Fatihah memang tidak sama dengan Mazhab Syafi’i.
– Kubah Kuburan
Baik makam para Sultan atau ulama saya temukan memiliki kubah yang besar, bahkan makam umum saja batu nisannya seperti tiang besar seukuran orang berdiri. Ternyata dalam literatur kitab sejarah makam Imam Abu Hanifah juga memiliki bangunan di atasnya seperti yang disampaikan oleh Al-Hafidz Adz-Dzahabi:
تُوُفِّيَ (اَبُوْ حَنِيْفَةَ) شَهِيْدًا مَسْقِيًّا فِي سَنَةِ خَمْسِيْنَ وَمِئَةٍ. وَلَهُ سَبْعُوْنَ سَنَةً، وَعَلَيْهِ قُبَّةٌ عَظِيْمَةٌ وَمَشْهَدٌ فَاخِرٌ بِبَغْدَادَ، وَاللهُ أَعْلَمُ.
“Abu Hanifah wafat sebagai syahid pada 150 H, usianya 70 tahun dan diatas makamnya ada kubah besar dan makam yang megah di Baghdad” (Siyar A’lam an-Nubala’ 6/403)
– Amalan Tahunan
Di Turki ada amalan tahunan yang sama dengan Indonesia, kita mengenalnya perayaan hari besar Islam. Di Turki memiliki nama:
1. Regaip Kandili, malam Jumat pertama di bulan Rajab
2. Miraç Kandili, Isra Miraj
3. Berat Kandili, Nisfu Sya’ban
4. Kadir Gecesi, lailatul qadar
5. Mevlid Kandili (Mawlid an-Nabi) – The birth of Muhammad
Yang berbeda adalah amalan Raghaib, kita di Indonesia tidak mengamalkan karena hadisnya dinilai palsu oleh Imam Nawawi dan para pentarjih Mazhab Syafi’i lainnya, meskipun Imam Ghazali mencantumkan dalam kitab Ihya’.
Hadis tentang Salat Malam Nishfu Sya’ban dan Salat Raghaib ini sama-sama dinilai sebagai hadis palsu. Namun tetap saja ada ulama yang berbeda dalam hal pengamalannya. Salat Nishfu Sya’ban saja masih ditemukan ulama besar yang mengamalkan:
ﻗﺎﻝ اﻟﺤﺎﻓﻆ اﻟﻀﻴﺎء: ﻭﻛﺎﻥ اﻟﻠﻪ ﻗﺪ ﺟﻤﻊ ﻟﻪ ﻣﻌﺮﻓﺔ اﻟﻔﻘﻪ، ﻭاﻟﻔﺮاﺋﺾ، ﻭاﻟﻨﺤﻮ، ﻣﻊ اﻟﺰﻫﺪ ﻭاﻟﻌﻤﻞ. ﻗﺎﻝ: ﻭﻛﺎﻥ ﻻ ﻳﻜﺎﺩ ﻳﺴﻤﻊ ﺩﻋﺎء ﺇﻻ ﺣﻔﻈﻪ ﻭﺩﻋﺎ ﺑﻪ، ﻭﻻ ﻳﺴﻤﻊ ﺫﻛﺮ ﺻﻼﺓ ﺇﻻ ﺻﻼﻫﺎ، ﻭﻻ ﻳﺴﻤﻊ ﺣﺪﻳﺜﺎ ﺇﻻ ﻋﻤﻞ ﺑﻪ. ﻭﻛﺎﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﻓﻲ ﻧﺼﻒ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻣﺎﺋﺔ ﺭﻛﻌﺔ
Al-Hafidz Dhiyauddin (643 H) berkata: “Allah telah menghimpun pengetahuan fikih, faraidl dan nahwu kepada Ibnu Qudamah (629 H dari Mazhab Hambali), juga sifat zuhud dan beramal. Hampir tidak pernah Ibnu Qudamah mendengar doa kecuali ia hapal dan membacanya. Ia tidak pernah mendengar tentang salat kecuali ia melakukannya. Dan ia tidak pernah mendengar sebuah hadis kecuali ia amalkan. Ia menjadi imam Salat 100 rakaat di malam Nishfu Sya’ban” (Al-Hafidz Ibnu Rajab, Dzail Thabaqat Al-Hanabilah, 3/113)
Sumber: https://www.facebook.com/makruf.khozin/posts/5173633529331261