Dr. Arrazy Hasyim, Lc., MA. (Profil)
(Mengkhatamkan Kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Al Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah/Dosen Tafsir Hadis Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta/Doktor Pemikiran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan disertasi ‘Teologi Muslim Puritan: Genealogi dan Ajaran Salafi’)
Telah menjadi pemahaman umum, bahwa setelah kematian maka urusan jiwa dan ruh selesai. Orang shalih mendapatkan nikmat alam Kubur, orang jahat mendapatkan fitnah alam Barzakh. Apakah hanya demikian?
Jawabannya, itu benar, tapi belum lengkap. Nikmat dan fitnah di alam transisi antara dunia dan Hari Kebangkitan tersebut, hanya berlaku bagi sisi nafsiyah (jiwa). Adapun sisi lain, jarang dibahas.
Untuk memahami ini dengan baik, maka wajib memulai dengan memahami hakikat manusia. Manusia terdiri dari dimensi: pertama, basyariyah yang bersifat materi (tanah dan 3 anasir lainnya). Basyariyah ini berkaitan dengan nafsiyah (jiwa manusia), dan kedua, ruhiyah yang bersifat immateri (hembusan Allah). Ini sesuai dengan firman Allah: “…Aku ciptakan manusia dari tanah. Setelah sempurna, Aku tiupkan kepadanya sebagian dari Ruh-Ku. (QS: Shad: 71-72).
Apabila wafat, maka tubuh fisik atau basyar manusia akan kembali kepada tanah, nafsiyah akan menerima nikmat atau fitnah Kubur. Lalu bagaimana dengan ruh? Mari kita lihat salah satu pengalaman Nabi Saw saat Isra’ dan Mi’raj.
مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى وَهُوَ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ
Aku melewati Musa, ia sedang salat di Kuburnya. (HR. Muslim No 2375)
Untuk apa Nabi Musa salat? Apakah cari pahala? Tentu tidak, karena taklif (tugas beban syariat) sudah tidak berlaku di alam Barzakh. Oleh karena itu, salatnya disebut bukan taklif, tapi untuk ta’rif (mendapatkan ma’rifat) agar mandapat kedekatan “lebih” kepada Allah.
Bahkan para Nabi dan Rasul menjadi makmum salat saat Isra Sayyidina Muhammad ke Masjid Aqsha. Kehadiran mereka adalah untuk ta’rif, bukan taklif.
Atas dasar itulah dua ulama Ahlu Sunnah menyimpulkan bahwa ruh beramal lagi mencari kesempurnaan ma’rifat setelah masuk alam Barzakh. al-Habib Ahmad bin Hasan al-Attas berkata:
Dunia itu negeri amal dan taklif. Barzakh itu negeri amal dan tidak ada taklif. Akhirat itu negeri tidak ada amal dan tidak ada taklif. (Al-Habib Zain, Bahjah, 59)
Begitu juga Syaikh Abdullah Fa’iz ad-Daghistani al-Naqsyabandi berkata: “Tapi, siapa yg belum sempurna khalwatnya di duniaz maka akan menyempurnakannya di alam Kubur selama 40. Mari berma’rifat selama masih ada hayat.
Sumber: https://www.instagram.com/p/CMi5pSKHcUB/