Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur/Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)
Rangkaian Haul Pendiri PP Darun Najah, Putukrejo Malang, diakhiri dengan pengajian siang tadi.
Karena yang mengundang adalah Sohib dekatnya kakak saya, Gus Nasrul, maka saya tidak bisa menolak. Seperti biasa saya menyampaikan dalil-dalil sampainya pahala kepada orang yang sudah wafat. Siapa saja yang memiliki kehidupan di alam kubur?
Al-Qur’an menjelaskan kehidupan para Syuhada:
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki”. (Ali Imran 169)
Di ayat tersebut kehidupan para Syuhada di alam kubur ditandai dengan Hidup dan Diberi Rezeki.
Apakah para ulama yang wafat bukan karena perang tidak memiliki kehidupan di alam kubur? Tetap hidup, seperti penjelasan yang dikutip oleh Al-Hafidz Ibnu Asakir:
ﻗﺎﻝ اﻷﺻﻤﻌﻲ ﺭﺃﻳﺖ ﺃﻣﻴﺮ اﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ اﻟﻤﺄﻣﻮﻥ ﺳﻨﺔ ﺃﺭﺑﻊ ﻋﺸﺮﺓ ﻭﻣﺎﺋﺘﻴﻦ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻘﺪ ﺧﺺ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺩﺭﻳﺲ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺑﺎﻟﻮﺭﻉ ﻭاﻟﻌﻠﻢ ﻭاﻟﻔﺼﺎﺣﺔ ﻭاﻷﺩﺏ ﻭاﻟﺼﻼﺡ ﻭاﻟﺪﻳﺎﻧﺔ ﻟﻘﺪ ﺳﻤﻌﺖ ﺃﺑﻲ ﻫﺎﺭﻭﻥ ﻳﺘﻮﺳﻞ ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﺑﻪ ﻭاﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺣﻲ ﻳﺮﺯﻕ
Ashmui berkata: “Saya melihat Pemimpin Umat Islam, Al-Ma’mun, pada 214 berkata: Allah telah mengistimewakan Asy-Syafii dengan sifat wira’i, ilmu, kefasihan, adab, kesalehan dan agamis. Saya mendengar ayah saya, Harun Ar-Rasyid, bertawassul dengan Asy-Syafii. Dan Asy-Syafii HIDUP serta DIBERI REZEKI” (Tarikh Dimasyq, 51/323)
Sumber: https://www.facebook.com/makruf.khozin/posts/5418619074832704