Oleh: Dr. (HC) KH. Husein Muhammad
(Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan)
Syamsuddin dari Tabriz, saban hari dirundung gelisah. “Aku adalah air yang terus berputar-putar dalam diriku sendiri dan kini ia telah menjadi diam. Sebentar lagi ia akan menebarkan bau tak sedap”.
Lalu aku berkelana dan berhasrat bertemu seseorang yang sering hadir dalam tidurku. Dia menyebut namanya Rumi. Saat berjumpa dengannya di Konya, airku mulai mengalir dan terus mengalir. Ia berangsur menjadi jernih, bening, sedap sekaligus melenyapkan dahagaku.”
Keduanya bertemu di Konya, Anatolia, Turki. Orang menggambarkan pertemuan dua orang itu bagaikan pertemuan dua lautan. Ada yang menggambarkan sebagai pertemuan matahari dan rembulan. Ada yang bilang bagai pertemuan Musa dan Khidir.
Dalam perbincangan di ruang sunyi Rumi membalas kerinduan Syams melalui puisinya yang indah :
Engkaulah langitku dan aku buminya
Yang kebingungan
Apa yang membuat airmu mengalir dari hatiku?
Akulah tanah berbibir kering
Bawakan air
Yang akan menumbuhkan mawar di tanah ini
Di taman ada beratus-ratus kekasih nan menawan
Dan bunga mawar dan tulip menari berputar-putar
.02.02.21
HM
Sumber: https://www.facebook.com/husayn.muhammad/posts/10224538106055918