Oleh: Dr. (HC) KH. Husein Muhammad
(Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan)
Imam al-Ghazali menyampaikan kegelisahan atas realitas masyarakat pada masanya:
قال الامام الغزالى : لقد صارعلم الدين الحقيقى مندرسا .ومنار الهدى فى أقطار الارض منطمسا. ولم يبق الاعلم الفتوى فى الاحكام الظاهرة او الجدل للمباهاة والغلبة والافحام او السجع المزخرف يتوسل به الواعظ الى استدراج العوام.
“Sungguh, pengetahuan agama yang sejati telah lenyap. Cahaya petunjuk jalan lurus di seluruh pelosok bumi telah redup. Yang tersisa hanyalah fatwa hukum-hukum formal, atau perdebatan untuk kebanggaan diri, mengalahkan dan menjatuhkan lawan bicara, atau permainan kata-kata yang penuh pernak-pernik, meliuk-liuk, yang digunakan oleh “sang juru bicara agama” untuk meninabobokan publik awam”.
فأما علم طريق الاخرة وما درج عليه السلف الصالح مما سماه الله فى كتابه فقها وحكمة وعلما وضيآء ونورا وهداية ورشدا فقد اصبح من بين الخلق مطويا وصار نسيا منسيا.
“Sementar itu, pengetahuan esoterik/spiritual yang menuntun jalan kepada kehidupan abadi di akhirat, dan pengetahuan yang ditempuh para ulama “al-salaf al-saleh”, (orang-orang saleh masa lalu), yang disebut oleh Tuhan sebagai “pengetahuan tentang hak dan kewajiban”, kebijaksanaan (wisdom), ilmu, cahaya dan petunjuk jalan, telah tak berarti dan dilupakan orang”.
Pernyataan Imam al-Ghazali di atas memperlihatkan kepada kita betapa para ulama masa lalu mempunyai pikiran terbuka, mengapresiasi filsafat, dan berbagai ilmu pengetahuan, bukan hanya fikih, dari peradaban manapun.
Crb. 23.02.18
Repost, 23.02.2021
HM
Sumber: https://www.facebook.com/husayn.muhammad/posts/10224699693535504