Dr. Imam Nakha’i, M.H.I.
(Dosen Ma’had Aly Situbondo)
Teringat pada satu kawan yg tidak mau lagi belajar membaca Surat al Fatihah, karena ia selalu dibentak bentak oleh sang guru ketika salah melafadkan dengan fasih kalimat kalimat fatihah. Mengapa, karena sikap sang guru tidak memcerminkan bacaan ayat Bismillah ar rahman ar rahim, ayat pertama dalam Fatihah menurut Imam Syafi’i. Bukan kah makna bismillah ar ar rahman ar rahim adalah “kami memulai dengan menyebut Nama Allah yang maha maha Kasih dan maha Sayang”, tetapi mengapa ia selalu membentak bentak bahkna sejak awal salah melafadkan huruf huruf Fatihah. Begitu keluhnya.
Kritik senada pernah disampaikan kepada seorang pendakwah. Mengapa dalam dakwah dan ceramahnya ia selalu marah marah, teriak teriak sambil mengumpat, mencaci dan doa doa tak karuan. Padahal di awal khutbah dan ceramahnya sang Da’i mengucapkan “as salamu alaikum warahmatullahi wa barakatuhu” . Bukankah artinya “semoga kesejahteraan, kasih Allah dan BerkahNya senantiasa untuk kalian”, tapi mengapa yg didakwahkan sebaliknya.
Saya menjawabnya, karena ia hanya membaca huruf dan lafad lafadnya, tidak menjiwai makna, apalagi kedalaman maknanya.
Padahal menurut Ulama Tafsir, keseluruhan syari’at terkandung dalam “bismillah ar rahman ar rahim”. Sebab basmallah menunjukkan keagungan dzat Allah dan Sifat kemulyaannya, yaitu Kasih dan Sayang.
Sifat Rahman Allah melintasi batas batas agama, etnis, status sosial dan entitas entitas lainya. Siapapun dan apapun yang hidup, ia mendapat KasihNya/RahmanNya. Sementara Sifat RahimNya menunjukkan bahwa KasihNya tidak terbatas. Baik Ar rahman maupun ar rahim adalah sifat kelembutan, kasih sayang yg mendorong untuk selalu berbuat kebaikan kepada yg dikasihinya.
Itulah inti agama, mengagungkan hanya kepada Allah dan Kasih sayang kepada sesama.
Kata “Rahim perempuaan” dan Rahim-kekerabatan, terbentuk dari kata ar rahman dan ar rahim itu. Ketika Allah menciptakan “Rahim”, Allah berfirman kepadanya “engkau adalah rahim dan aku adalah Rahman, aku belah namamu dari namaku, maka siapa yg menjagamu maka aku menjaganya, dan siapa yg memutusnya, maka aku mencerai beraikannya”.
Jadi, ayat bismillah ar rahman ar rahim adalah ayat yg seharusnya menjadi cahaya dalam setiap meniti kehidupan. Dalam satu riwayat diyatakan “apapun yang tidak diawali/dipijakkan pada keaguangan Allah dan sifat kasih sayangNya, maka tidak ada maknanya. Apapun tampa “kasih sayang” menjadi tidak bermakna.
Bismillah ar rahman ar rahim adalah peryataan “sakti”, bahkan konon, jangankan sampai menyelami kedalaman maknanya, hanya menuliskan dengan indah saja (dan juga melagukannya dengan indah), maka Allah akan mengampuni dosa dosanya.
Ali Bin Abi Tahlib ra, pernah melihat seoarang yang menuliskan lafad Basmalah, lalu sang Imam berkata “tulislah dengan indah”, kemudian orang tadi menuliskan dengan indah, dan ia diampuni dosanya.
Jadi, jika kita ingin diampuni dosanya, minimal tulislah atau nyayikanlah basmalah dengan indah. Lebih bagus lagi jika diselami kedalaman maknanya, untuk kemudian kasih sayangNya menjadi basis, akar, spirit seluruh langkah meniti kehidupan. Amin.
Situbondo
150221
Nh
Sumber: https://www.facebook.com/imam.nakhai1/posts/10221694991518260