Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. (Profil)
Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ
Sekian banyak tulisan dan ceramah yang menegaskan bahwa penyakit ini adalah siksa Tuhan lebih-lebih pada awal penyebarannya di wilayah Cina. Memang pada mulanya banyak yang menerima pandangan tersebut, apalagi ia dikaitkan dengan kepercayaan, makanan, gaya hidup bahkan politik penduduk dan pemerintahan Cina.
Tetapi setelah ia menyebar ke beberapa negara—termasuk negara-negara bermasyarakat muslim dan menyerang pula kaum muslimin yang taat, maka pandangan tersebut mulai sirna walau masih ada saja yang menganutnya.
Hemat penulis, ia tidak dapat dinamai siksa Ilahi karena ia menimpa muslim dan nonmuslim yang durhaka maupun yang taat. Dari Al-Quran diperoleh kesan yang cukup kuat bahwa jika Allah hendak menjatuhkan siksa atas satu kaum, maka terlebih dahulu diselamatkan hamba-hamba-Nya yang taat agar mereka tidak ditimpa siksa.
Itu terbaca dengan jelas ketika Allah hendak menjatuhkan siksa-Nya kepada umat Nabi Nuh a.s. Allah memerintahkan Nabi mulia itu untuk membuat perahu guna mengangkut kaum beriman sebelum datangnya banjir besar (baca QS. Hud [Il]: 26-27). Hal serupa terjadi terhadap kaum Nabi Luth a.s. Beliau diperintahkan membawa keluarganya kecuali istrinya yang durhaka keluar area di mana siksa akan dijatuhkan (QS. Hud [11]: 65).
Demikian itulah halnya jika bencana berupa siksa, tetapi jika bencana yang menimpa menyentuh yang durhaka dan taat maka ia dinamai fitnah atau balå’. Kedua kata ini digunakan oleh Al-Quran dalam arti ujian atau cobaan. Dalam konteks ini Allah berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢٥﴾
Hati-hatilah/peliharalah dirimu dari ujian yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim di antara kamu dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya (QS. al-Anfal/8: 25).
Allah menegaskan dalam QS. an-Nisa’/4:147
مَّا يَفْعَلُ اللَّـهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّـهُ شَاكِرًا عَلِيمًا ﴿١٤٧
Untuk apa Allah menyiksa kamu, kalau kamu bersyukur dan beriman? Allah Maha Bersyukur lagi Maha Mengetahui.
Ayat di atas bagaikan menyatakan, “Apakah kalian menduga bahwa Allah menyiksa karena ingin membalas dendam atau untuk meraih manfaat atau menampik mudarat?” Itu semua mustahil bagi-Nya karena Dia tidak butuh sesuatu pun. Dia Mahasuci dari raihan atau menampik manfaat untuk diri-Nya. Tapi yang dimaksud dari siksa duniawi hanyalah agar manusia melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
Nah, jika itu telah dilakukan maka tidak wajar Allah menjatuhkan siksa. Di tempat lain Allah menegaskan bahwa: Allah tidak akan menyiksa mereka selama engkau wahai Nabi Muhammad masih berada di tengah mereka tidak juga jika mereka beristigfar memohon ampun (baca QS. al-Anfal 33).
Demikian azab dalam arti siksa tidak jatuh kecuali terhadap pendurhaka.
Sumber: M. Quraish Shihab. Corona Ujian Tuhan: Sikap Manusia Menghadapinya. Editor, Mutimmatun Nadhifah. Tangerang : PT. Lentera Hati, 2020. H. 6-10.