Oleh: H. Abdul Somad, Lc., MA. (Profil)
Anggota Komisi Pengkajian Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau/Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Hadits Pertama:
وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ أَبِي إِسْرَائِيلَ، حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ زِيَادٍ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَنْ قَرَأَ يس فِي لَيْلَةٍ أَصْبَحَ مَغْفُورًا لَهُ. وَمَنْ قَرَأَ: “حم” الَّتِي فِيهَا الدُّخَانُ أَصْبَحَ مَغْفُورًا لَهُ”. إِسْنَادٌ جَيِّدٌ.
Al-Hafizh Abu Ya’la berkata, “Ishaq bin Abi Isra’il meriwayatkan kepada kami, Hajjaj bin Muhammad meriwayatkan kepada kami, dari Hisyam bin Ziyad, dari al-Hasan, ia berkata, ‘Saya mendengar Abu Hurairah berkata, ‘Rasulullah Saw bersabda, ‘Siapa yang membaca surat Yasin pada suatu malam, maka pada pagi harinya ia diampuni. Dan siapa yang membaca surat Ha Mim yang di dalamnya ada ad-Dukhan, maka pada pagi harinya ia diampuni”. Imam Ibnu Katsir memberikan komentar Sanad Jayyid (baik).[1]
Hadits Kedua:
Selanjutnya Imam Ibnu Katsir menyebutkan hadits,
ثُمَّ قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَارِمٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ -وَلَيْسَ بِالنَّهْدِيِّ-عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مَعْقِل بْنِ يَسَار قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “اقرؤوها عَلَى مَوْتَاكُمْ” -يَعْنِي: يس.
وَرَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ، وَالنَّسَائِيُّ فِي “الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ” وَابْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ، بِهِ إِلَّا أَنَّ فِي رِوَايَةِ النَّسَائِيِّ: عَنْ أَبِي عُثْمَانَ، عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ
Kemudian Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “’Arim meriwayatkan kepada ka mi, Ibnu al-Mubarak meriwayatkan kepada kami, Sulaiman at-Taimi meriwayatkan kepada kami, dari Abu ‘Utsman –bukan an-Nahdi-, dari Bapaknya, dari Ma’qil bin Yasar. Ia berkata, ‘Rasulullah Saw bersabda, ‘Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang sudah mati diantara kamu’. Maksudnya adalah bacakanlah surat Yasin. Diriwayatkan oleh Abu Daud, an-Nasa’i dalam al-Yaum wa al-Lailah, Ibnu Majah dari Abdullah bin al-Mubarak, hanya saja dalam riwayat an-Nasa’i disebutkan: dari Abu ‘Utsman, dari Ma’qil bin Yasar.
Komentar Imam Ibnu Katsir:
وَلِهَذَا قَالَ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ: مِنْ خَصَائِصِ هَذِهِ السُّورَةِ: أَنَّهَا لَا تُقْرَأُ عِنْدَ أَمْرٍ عَسِيرٍ إِلَّا يَسَّرَهُ اللَّهُ. وَكَأَنَّ قِرَاءَتَهَا عِنْدَ الْمَيِّتِ لِتُنْزِلَ الرَّحْمَةَ وَالْبَرَكَةَ، وَلِيَسْهُلَ عَلَيْهِ خُرُوجُ الرُّوحِ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
Oleh sebab itu sebagian ulama berkata: “Diantara keistimewaan surat ini (surat Yasin), sesungguhnya tidaklah surat Yasin dibacakan pada suatu perkara suit, melainkan Allah Swt memudahkannya. Seakan-akan dibacakannya surat Yasin di sisi mayat agar turun rahmat dan berkah dan memudahkan baginya keluarnya ruh”, wallahu a’lam Hadits Keempat:
حديث مَنْ قَرَأَ يس ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ غُفِرَ لَهُ
Hadits: “ Siapa yang membaca surat Yasin karena mengharapkan keagungan Allah Swt, maka Allah Swt mengampuninya”.
Komentar Imam asy-Syaukani:
رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مرفوعًا. وإسناده على شرط الصحيح
وأخرجه أبو نعيم. وأخرجه الخطيب، فلا وجه لذكره في كتب الموضوعات
Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari Abu Hurairah, hadits Marfu’, sanadnya menurut syarat shahih. Disebutkan Imam Abu Nu’aim, juga disebutkan Imam al-Khathib al-Baghdadi, tidak perlu disebutkan dalam kitab-kitab hadits palsu.[3] Andai hadits-hadits ini dha’if , tetap bisa diamalkan sebagai fadha’il amal.
Membaca Surat al-Kahfi Hari/Malam Jum’at.
Tidak hanya membaca surat Yasin, tapi hadits lain menyebutkan keutamaan membaca surat al-Kahfi malam Jum’at. Dalam hadits disebutkan,
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ
“Siapa yang membaca surat al-Kahf i pada hari Jum’at, ia diterangi cahaya antara dua Jum’at”. (HR. an-Nasa’i dan al-Baihaqi)
Dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib.
Referensi:
[1]Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz.VI (Dar Thibah li an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1420H), hal.561
[2]Ibid., juz.VI, hal.562
[3]Imam asy-Syaukani, al-Fawa’id al-Majmu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1407H), hal.303.
Sumber: H. Abdul Somad, Lc., MA. 37 Masalah Populer, h. 128-129.