Oleh: Prof. Yudi Latif, Ph.D.
Pakar Studi Keagamaan dan Kenegaraan/Pakar di Aliansi Kebangsaan/Pembina Pusat Studi Islam dan Kenegaraan-Indonesia(PSIK-Indonesia)/Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) 2017-2018
Saudaraku, ibarat drama kolosal, ibadah haji adalah epik duologi yg menampilkan gerak kehidupan scr simultan: gerak kembali dan gerak kembara.
Yg pertama menampilkan prosesi kepulangan manusia dr “rumah duniawi” menuju “rumah Ilahi” (gerak keimanan).Yg kedua prosesi pengembaraan manusia dr “rumah Ilahi” ke “rumah duniawi” (gerak pengorbanan).
Gerak kembali ke rumah Allah dilalui lewat “haji kecil” (umrah) dgn serangkaian ritual: ihram, thawaf, dan sa’i.
Dlm berihram, sang aktor (manusia) hrs menanggalkan pakaian sehari-hari di miqat. Krn pakaian, menutupi diri dan watak manusia; melambangkan status dan perbedaan; menciptakan batas palsu yg menyebabkan perpecahan antar umat manusia.
Dlm perjalanan menuju “rumah Allah”, sgala batas dan perbedaan itu dilucuti, krn di mata Allah, derajat manusia sama. Maka, kenakanlah kain tak berjahit dgn warna dasar (putih). Saksikanlah, dlm kesederhanaan tanpa topeng, manusia menemukan persamaan dan kesederajatan. Hanya dgn kondisi spt itu, bolehlah ia menuju Ka’bah.
Dlm thawaf, hendaklah sang aktor hanyut dlm arus lautan manusia. Smua “aku” bersatu jadi “kita”, berputar mengitari Ka’bah, bagaikan bintang2 beredar mengelilingi orbitnya. Berarti, utk dpt menghampiri Allah, setiap individu hrs menghampiri manusia. Jalan ketuhanan adlah jln kemanusiaan. Tanpa tindakan kemanusiaan, kesucian ketuhanan tak bisa direngkuh.
Dlm sa’i, sang aktor berlari-lari kecil antara dua bukit, memerankan heroisme Siti Hajar, yg berjuang mencari air utk menyelamatkan bayi Ismail. Sa’i berarti berjihad sebisa mungkin demi sesuatu yg lebih besar dari kepentingan sendiri. Bermula dari bukit “Shafa” (cinta murni) menuju “Marwah” (idealitas dan altruisme). Pd titik ini, keimanan berpadu dgn pengorbanan. Di situlah haji kecil berakhir.
Ketika gerak kembali berakhir, saatnya gerak kembara dimulai. Pada 9 Dzulhijjah, sang aktor meninggalkan “rumah Allah” menuju Padang Arafah. Slama seharian, jamaah haji berhenti (wukuf), berjemur di bawah terik mentari, membiarkan kepicikan egosentrisme terbakar oleh terang pengetahuan. Arafah artinya pengetahuan. Pengetahuan sbg titik awal pengenalan diri dan tugas kesejarahan.
Sumber: https://www.instagram.com/p/Cfztbt_hav8/