Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur/Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)
Maulid Nabi Di Berbagai Belahan Dunia
Tidak hanya warga NU di Indonesia yang mengamalkan Maulid Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, tapi mayoritas negara yang berpenduduk Muslim juga sama-sama mengamalkan Maulid Nabi.
Mana dalilnya? Perlu diketahui bahwa dalil Qur’an dan hadits dapat menjadi produk hukum dengan 2 cara, yaitu Nashshan dan istinbathan.
Secara Nash artinya teks dalil sudah dapat diambil kesimpulan hukum, seperti cara Nabi membaca takbir, rakaat salat yang dilakukan oleh Nabi dan seterusnya.
Istinbath, artinya secara teks tidak terlihat sebuah produk hukum namun setelah digali dan dianalisis kemudian seorang ulama menetapkan sebuah hukum. Dan ini sah serta dibenarkan dalam ilmu Ushul Fiqh, serta bukan bidah.
Dalil Maulid Nabi dilakukan dengan metode istimbath ini. Sebagaimana disampaikan oleh As-Suyuthi yang mengutip dari gurunya Al-Hafidz Ibnu Hajar:
واستنبط الحافظ ابن حجر تخريج عمل المولد على أصل ثابت في السنة وهو ما في الصحيحين أن النبي صلى الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود يصومون يوم عاشوراء فسألهم فقالوا هو يوم أغرق الله فيه فرعون ونجى موسى ونحن نصومه شكرا فقال نحن أولى بموسى منكم
Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani melacak dasar hukum (istinbathul ahkam) peringatan maulid nabi (muludan) pada sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Riwayat itu menyebutkan ketika tiba di Kota Madinah Rasulullah SAW mendapati orang-orang Yahudi setempat berpuasa di hari Asyura. Rasulullah SAW bertanya kepada mereka terkait peristiwa yang terjadi pada hari Asyura. ‘Asyura adalah hari di mana Allah menenggelamkan Fir‘aun dan menyelamatkan Nabi Musa AS. Kami berpuasa hari Asyura ini sebagai rasa syukur,’ jawab mereka. ‘Kalau begitu kami lebih layak bersyukur atas kemenangan Nabi Musa AS dibanding kalian,’ kata Rasulullah SAW. (Husnul Maqshid fi Amalil Maulid).
Sumber: https://www.facebook.com/makruf.khozin/posts/5203887689639178
