Oleh: Dr. Muchlis M Hanafi, M.A.
(Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo-Mesir/Direktur Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ)/Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama)
Di awal tahun 2018 saya pernah menulis tentang al-Quds. Masih relevan dgn perkembangan terkini.
Pendahuluan
1. Rabu siang (7/12/2017) waktu setempat, atau hari kamis waktu Indonesia Barat (8/12/2017), dunia dikejutkan oleh pengumuman Presiden Amerika Donald Trump yang memberikan pengakuan secara sepihak tentang Jerusalem sebagai Ibukota Isreal. Sebuah pengakuan yang menjadi pukulan telak bagi perjuangan rakyat Palestina selama hampir tujuh puluh tahun, sejak tahun 1948 tanah kelahiran mereka diduduki oleh Zionisme Israel. Jika pada tahun 1948 Yerusalem Barat yang dikuasai Israel dengan Tel Aviv sebagai ibukotanya, dan pada tahun 1967 Yerusalem Timur (al-Quds al-Syarqiyyah) diduduki secara ilegal, kini tempat Masjidilaqsha berada tersebut akan menjadi ibukota Israel. Lengkap sudah pendudukan Israel terhadap bumi rakyat Palestina.
2. Dunia internasional pun beraksi keras menolak tindakan tersebut. Pengakuan sepihak itu menunjukkan arogansi dan kesewenang-wenangan yang kuat terhadap yang lemah, apalagi dengan melanggar sejumlah kesepakatan internasional. Sebuah tindakan yang bukan hanya meruntuhkan berbagai upaya damai sebelumnya dalam menyelesaikan persoalan Palestina, tetapi juga berpotensi menimbulkan gangguan stabilitas keamanan dunia di masa mendatang. Keamanan dan kedamaian sulit terwujud di tengah ketidakadilan dan dominasi serta hegemoni yang kuat terhadap yang lemah. Kampanye memerangi terorisme global tidak akan membuahkan hasil jika dunia tetap membiarkan terjadinya teror oleh sebuah negara terhadap penduduk pemilik sebuah wilayah yang sah.
3. Pengakuan AS tersebut menyempurnakan perjalanan satu abad sejarah pendudukan Israel terhadap Yerusalem. Pendudukan bermula dari Deklarasi atau Perjanjian Balfour yang disepakati saat perang Dunia 1 (1914-1918), tepatnya Nopember 1917, antara Pemerintah Inggris dan tokoh gerakan zionisme, Theodore Hertzel, yang ditandatangani oleh Menlu Inggris saat itu, Arthur Balfour. Perjanjian itu merupakan bagian dari kerangka mandat pemerintah Inggris untuk Palestina yang direbut secara penuh dari Kekaisaran Ottoman. Mandat tersebut mewajibkan negara yang kalah dalam perang (Jerman, Austria-Hungaria dan Kekaisaran Ottoman) memberikan seluruh kekuasaan wilayahnya kepada para pemenang, yakni Inggris dan sejumlah negara sekutu lainnya, seperti Prancis dan Italia. Berdasarkan deklarasi Balfour, Inggris memfasilitasi perpindahan kaum Yahudi Eropa ke Palestina sampai terbentuknya negara Israel tahun 1948. Sejak itu pendudukan Israel terhadap Palestina meluas hingga Yarusalem yang diduduki setelah perang Arab-Israel selama enam hari tahun 1967. Kini Israel hanya menyisakan Tepi barat dan Jalur Gaza bagi warga Palestina.
4. Jika menengok sejarah ke belakang, konflik di tanah Palestina telah berlangsung lama. Sejumlah peradaban dan kekuatan besar pernah singgah di situ, mulai dari bangsa Arab Kan`an (Yabus), Babilonia, Mesir Kuno, Persia, Yunani, Romawi, Yahudi sampai kepada Islam. Palestina selalu menjadi pusaran konflik di kawasan.
Sejarah Kota Yerusalem
5. Yerusalem adalah salah satu kota terbesar di Palestina, baik dari segi luas wilayah maupun penduduknya. Dari segi agama dan nilai ekonomi kota ini juga menempati posisi yang sangat penting. Kota ini memiliki banyak nama. Yerusalem berasal dari bahasa Ibrani yang berarti kota perdamaian, atau kota dewa/ tuhan yang bernama Salom, atau Salim. Dalam bahasa Arab dikenal dengan nama Baytul Maqdis atau Al-Quds al-Syarif, dan dalam bahasa Yunani dinamakan Elia (Aelia), yang berarti rumah tuhan. Ketika Islam menguasai Yerusalem saat itu namanya Elia, dan tercantum dalam piagam jaminan keamanan bagi penduduk setempat yang dibuat Khalifah Umar (al-`Uhdah al-`Umariyyah). Sebutan Baytul Maqdis atau al-Quds sudah populer di kalangan para sahabat seperti tercatat dalam beberapa hadis Nabi yang sahih.
6. Sejarah kota Yerusalem bermula sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu. Wajar bila dikatakan sebagai salah satu kota tertua di dunia. Menurut sejarawan, yang membangun pertama kali adalah suku Al-Yabus, salah satu suku dari kabilah Arab Kan`an, pada sekitar 4000 tahun SM, sehingga kota itu pada mulanya disebut Yabus. Sejak itu kabilah bangsa Arab seperti Kan`an dan Amoria (Aramin) berdatangan dan tinggal di situ, jauh sebelum kedatangan Bani Israel. Fakta ini diakui oleh Perjanjian Lama dalam Yosua: 12 yang menyatakan; “Inilah raja negeri yang dikalahkan oleh Yosua dan oleh orang Israel di sebelah barat sungai Yordan …… yang di negeri orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus” (Al-Kitab: h.249). Amori, Kanaan dan Yebus adalah bangsa Arab yang telah tinggal di bumi Palestina sebelum bangsa Israel datang.
7. Kedatangan bangsa Israel ke tanah Palestina bermula dari Nabi Yakub AS, yaitu pada sekitar abad ke 16 SM. Israel adalah gelar dari Nabi Yakub yang berarti ‘hamba Allah’. Yakub adalah putra Nabi Ishak dan cucu Nabi Ibrahim. Mereka tinggal di Hebron (madînat al-khalîl). Di masa mudanya Nabi Yakub pernah berhijrah ke Iraq, lalu kembali lagi ke Palestina dan menerima wahyu di tengah perjalanan. Diperkirakan saat itu ia berusia 40 tahun. Bersama dua belas orang anaknya yang dikenal dengan Banû Isrâ`il Nabi Yakub tinggal di Palestina. Setelah peristiwa yang dialami putra kesayangannya, Nabi Yusuf AS dan Bunyamin, Nabi Yakub hijrah ke Mesir pada tahun 1656 (abad ke-17) SM. Mereka baru kembali lagi ke Palestina pada sekitar abad 13 SM.
8. Dalam sejarah, setelah dibangun oleh kabilah Arab Yebus, Yerusalem tercatat pernah berada di bawah kekuasaan Firaun (abad 16-14 SM), Yahudi selama sekitar 73 tahun (977 – 586 SM), Babilonia (586 – 537 SM), Persia (537 – 333 SM), Yunani (333 – 63 SM), Romawi (63 SM – 636 M), kekuasaan Islam I (636 – 1072 M) dipimpin Umar bin Khattab pada tahun ke 15 H, Kristen (1099 – 1187 M), kekuasaan Islam II oleh Salahuddin al-Ayyubi (1187), kemudian Ottoman pada 1615 sampai jatuh ke tangan Inggris tahun 1917, dan pada tahun 1948 berdiri negara Israel.
9. Sepanjang sejarah lebih dari enam ribu tahun, Yerusalem berada di bawah kekuasaan Yahudi hanya selama 73 tahun, yaitu setelah Nabi Daud (King David) menaklukkannya pada tahun 977 atau 1000 SM. Daud berkuasa selama kurang lebih 33 tahun dan digantikan oleh putranya Nabi Sulaiman yang berkuasa selama 40 tahun. Pada masanya dibangun kuil (haykal) Sulaiman. Itulah puncak masa kejayaan Yahudi di Palestina. Setelah mereka tercerai berai sampai akhirnya pada tahun 587 M, Raja Babilonia, Nebukhadnezar, berhasil menaklukkan Yerusalem (kerajaan Yahudza) dan menghancurkan kuil Sulaiman, serta menumpas habis bangsa Yahudi. Dengan demikian, wujud bangsa Yahudi di Palestina hanya berlangsung selama kurang lebih 415 tahun.
10. Berdasarkan fakta sejarah, kepemilikan bangsa Arab terhadap Palestina sudah berlangsung sejak 6000 tahun lalu. Dibangun oleh Arab Yabus empat ribu tahun sebelum Masehi, atau 2100 tahun sebelum datang Nabi Ibrahim, dan 2700 tahun sebelum kedatangan Nabi Musa yang membawa ajaran Taurat yang menjadi sumber ajaran Yahudi.
Kedudukan Yerusalem dalam Al-Qur`an dan Sunnah
11. Meski berada nun jauh di sana, kita tidak bisa berkata soal Palestina, tempat Masjidil Aqsha berada, itu urusan warga Palestina. Masjidilaqsha dan wilayah sekitarnya yang disebut negeri Syam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari akidah keyakinan umat Islam.
12. Di dalam Al-Qur`an tidak ditemukan penyebutan kata Yerusalem atau al-Quds, sehingga ada yang berkata umat Islam tidak berhak memiliki Yerusalem atau al-Quds al-Syarif. Pandangan tersebut tidaklah benar, sebab meski tidak disebut secara tegas, terdapat tidak kurang dari sembilan ayat menyebutnya sifatnya (QS. Al-Maidah: 21, Al-A`raf: 137, Al-Isra: 1, Al-Anbiya: 71, Shad: 36, Saba: 18, Al-Qashash: 30, Al-Mu`imun: 5). Al-Qur`an tidak menyebut nama secara tegas, karena sepanjang sejarahnya ditemukan puluhan nama untuk Yerusalem, yang selalu berganti setiap kali ada bangsa yang menaklukkannya.
13. Penyebutan Yerusalem dan wilayah sekitarnya dalam Al-Qur`an selalu disertai sifat suci dan berkah seperti pada firman Allah:
يَاقَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (21)} [المائدة: 21]
Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (1) [الإسراء: 1]
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
14. Masjidil Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam. Sejak ditetapkan kewajiban salat lima waktu, pada tahun kesepuluh kenabian, bahkan menurut sejumlah riwayat selama 13 tahun berdakwah di Mekkah, dan 17 bulan setelah hijrah ke Madinah, umat Islam melaksanakan salat dengan menghadap ke masjidilaqsha, sampai akhirnya turun ayat Alquran surah Albaqarah 144.
15. Dalam sejarah kemanusiaan, Masjidilaqsha adalah rumah ibadah kedua yang dibangun di muka bumi setelah masjidilharam. Dalam riwayat Abu Dzar al-Gifari, ketika ditanya tentang masjid yang pertama dibangun di muka bumi, Rasulullah menjawab, masjidilharam. Setelah itu masjidilaqsha. Jarak waktu antara keduanya, seperti dijelaskan Rasulullah adalah 40 tahun. Oleh karenanya, seperti diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah sangat menganjurkan untuk bepergian mengunjungi tiga masjid, yaitu masjidil haram, masjidilaqsha dan masjid Nabawi. Beribadah di tempat-tempat itu juga memiliki keutamaan yang berlipat dibanding ibadah di tempat lain, antara 500 sampai 100 ribu kali lipat.
16. Bahkan, keutamaan masjidilaqsha sudah ada sejak Nabi Sulaiman As. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Nasai dan Ibnu Majah, setelah selesai membangun kembali Baitul Maqdis, Nabi Sulaiman mengajukan tiga permohonan kepada Allah. Dua di antaranya telah dikabulkan oleh Allah untuk dirinya, yaitu diberi ketepatan dalam memutus perkara dan kekuasaan/kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun setelah dia. Satu lagi, Nabi Sulaiman memohon agar siapa pun yang mengunjungi Baitul Maqdis (Yerussalem) untuk melaksanakan salat, maka dia akan kembali darinya seperti bayi yang baru terlahir dari kandungan.
17. Jadi, masjidil Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam, masjid kedua yang tertua dibangun, dan masjid yang ketiga paling utama dibanding masjidilharam dan masjid Nawawi. Masjidilaqsha adalah bagian dari kota-kota suci dan simbol keagamaan umat Islam yang harus dijaga dan dipertahankan.
18. Dalam sejarah agama-agama, Yerussalem Palestina adalah bumi para nabi dan rasul. Di tempat itu Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Ya`qub, Nabi Yusuf, Nabi Luth, Nabi Sulaiman, Nabi Sholeh, Nabi Zakaria, Nabi Yahya dan Nabi Isa serta banyak nabi lainnya pernah tinggal. Di tempat itu, para Nabi dan rasul dikumpulkan dan memberi kesaksian bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi yang terakhir. Di situ Nabi kita mengimami para nabi saat isra dan mikraj, sebagai pertanda dukungan dan pengakuan mereka terhadap kenabian Rasulullah Saw.
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (81) [آل عمران: 81]
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, “Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu lalu datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.” Allah berfirman, “Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?” Mereka menjawab, “Kami setuju.” Allah berfirman, ”Kalau begitu bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi bersama kamu.”
19. Masjidilaqsha tidak bisa dilepaskan dari bagian penting sejarah kehidupan Rasulullah Saw. Ke tempat itu beliau diperjalankan dari Masjidilharam, dan dari tempat itu beliau diangkat naik ke langit sampai sidratul muntaha, dalam peristiwa isra dan mikraj. Oleh karenanya, kecintaan kita kepada Rasulullah belum dapat dinyatakan sempurna tanpa perhatian dan kepedulian terhadap masjidilaqsha.
20. Banyak peristiwa penting terkait keyakinan umat Islam, baik di masa lalu maupun di masa mendatang, yang terjadi di wilayah sekitar masjidilaqsha. Menurut banyak ahli tafsir, di Baitul Maqdis lah nanti Malaikat akan memanggil seluruh makhluk untuk dibangkitkan kembali sebagaimana firman Allah, wastami` yawma yunaadil munaadi min makaanin ba’iid (Qaf: 41). Dalam beberapa hadis juga diceritakan, di akhir zaman nanti, di wilayah itu pula, di sebuah tempat yang bernama bab al-ludd, Nabi Isa dan Imam Mahdi akan membunuh Dajjal, sumber kerusakan dan malapetaka di muka bumi.
21. Karena menjadi bagian penting dalam kehidupan umat Islam, maka pada tahun ke-15 H, Sayyiduna Umar bin Khattab membebaskan Yerussalem dari cengkeraman kekuasaan Romawi, dan memberi jaminan keamanan dan kebebasan kepada penduduknya yang beragama Yahudi dan Nasrani. Atas dasar itu pula, Shalahuddin Al-Ayyubi, pada abad ke 6 H atau 12 M, membebaskannya dari kezaliman pasukan salib. Selama itu pula Yerussalem berada dalam kekuasaan umat Islam, sampai akhirnya pada tahun 1948 dan 1967 dikuasai oleh zionis Israel. Maka, kini Yerussalem menjadi tanggung jawab kita umat Islam di seluruh dunia untuk membebaskannya. Oleh karenanya, persoalan Palestina bukan hanya persoalan bangsa Palestina atau bangsa Arab semata, tetapi juga persoalan umat Islam, bahkan persoalan kemanusiaan, karena di situ ada penjajahan (qadhiyyah `arabiyyah-islâmiyyah-insâniyyah).
Yerusalem di Bawah Pendudukan Israel
22. Sejak menduduki Palestina tahun 1948 sampai sekarang, Israel selalu berupaya memutus mata rantai sejarah dan mengubah identitas kota Yerusalem. Setiap yang berbau Arab dan Islam berusaha dihilangkan. Tidak cukup hanya dengan menghancurkan rumah-rumah dan mengusir penduduknya, tetapi mereka berusaha mengubah tempat-tempat bersejarah yang lekat dengan Arab dan Islam, sehingga Yerusalem akan berubah wajah yang tidak dikenali lagi oleh penduduk aslinya.
23. Dengan langkah-langkah sistematis otoritas pendudukan Israel mengusir penduduk Palestina dari kampung halaman mereka, merampas tanah dan harta benda milik mereka, menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat bersejarah Islam, menguasai tanah-tanah wakaf, membuat regulasi yang tidak memungkinkan orang-orang Arab untuk membangun rumah di kota dan membatasi perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain.
24. Aktifitas di masjidilaqsha juga sangat dibatasi. Sejumlah aturan dibuat yang melarang salat dan kumandang azan di kota. Komplek masjidilaqsha ditutup di pagi hari saat ibadah Yahudi berlangsung. Pemuda di bawah usia 45 tahun dilarang memasuki kompleks masjidilaqsha untuk salat. Selain itu, penggalian besar-besaran terus berlangsung di bawah tanah masjidilaqsha, dengan dalih mencari jejak haykal Sulaiman. Padahal, tidak ada satu pun bukti arkeologi menunjukkan Temple Sulaiman ada di situ. UNESCO dan sejumlah ahli arkeologi menentang. Tapi, penggalian terus berlangsung. Bahkan, terowongan yang banyak itu sudah seperti kota di bawah tanah. Sekali guncangan gempa terjadi, masjidilaqsha akan runtuh.
25. William Dirambell, seperti dikutip Ahmad Sousah dalam bukanya Sejarah Arab dan Yahudi, mengomentari upaya penggalian otoritas Zionis dengan mengatakan, “menurut perkiraan banyak ahli, temple Sulaiman berada dekat pagar masjid qubbat al-shakhrah. Penggalian pun dilakukan untuk mencari puing-puing kuil Sulaiman. Mereka sempat dikejutkan dengan temuan benda-benda bersejarah. Tetapi, tak lama kemudian terdiam. Puing-puing bangunan yang ditemukan ternyata hanyalah sisa-sisa bangunan istana salah seorang penguasa dinasti Umayyah. Jadi, tidak benar kalau Yahudi punya cerita masa lalu untuk membangun masa depan di situ”.
Penutup
26. Berdasarkan uraian di atas, dari segi kesejarahan Yerusalem adalah kota yang didirikan oleh bangsa Arab, sejak enam ribu tahun yang lalu, jauh sebelum bangsa dan ajaran Yahudi muncul. Keberadaan bangsa Yahudi di Yerusalem hanya berlangsung 415 tahun, yang puncaknya pada masa Daud dan Sulaiman, abad ke-10 sebelum Masehi. Jauh setelah Yerusalem dibangun oleh bangsa Arab. Oleh karenanya, pendudukan Israel dan upaya menghilangkan identitas kearaban Palestina bukan saja melanggar resolusi PBB dan hukum internasional, tetapi juga bertentangan dengan fakta sejarah.
27. Silih berganti penguasa kota datang. Masing-masing mendominasi dan memonopoli kota ketika berkuasa, kecuali Islam yang datang mengayomi semua penganut agama, seperti tercermin dalam perjanjian yang dibuat Umar bin Khattab kepada semua penduduk Palestina. Wilayah yang diduduki Israel saat ini belumlah seberapa dibanding saat pasukan salib menguasai Palestina, dan juga jauh lebih lama berkuasa. Yang selalu terjadi penodaan terhadap simbol-simbol keagamaan di kota suci tersebut.
28. Sejarah membuktikan, dan telah menjadi sunnatullah di wilayah tersebut, tindakan menodai kota suci tidak pernah dibiarkan terjadi dan akan terkalahkan. Benar apa yang dikatakan Grand Syeikh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad Thayyeb, seperti tertuang dalam watsîqat (dokumen/piagam) al-Azhar tentang al-Quds, 20 Nopember 2011, bahwa upaya aneksasi Yerusalem dan mencederai masjidilaqsha hanya akan mengantarkan Zionis-Israel ke liang kubur. Seperti menggali liang kubur sendiri, karena telah melanggar batas ‘garis merah’ umat Islam.
29. Dulu, Salahuddin al-Ayyubi pernah mengatakan kepada Raja penguasa pasukan Salib, Ritchard, “jangan pernah berpikir kami akan melepaskan Yerusalem (al-Quds) begitu saja selamanya. Tidak mungkin kami akan melepaskan hak-hak kami sebagai umat Islam. Allah tidak akan pernah memperkenankan kamu untuk meletakkan batu walau sebiji di tanah ini, selama jihad masih terus digelorakan”. Sejarah pun membuktikan ucapan Salahuddin al-Ayyubi. Saatnya tiba untuk membela dan mempertahankan kesucian kota tersebut dari tangan para penjajah. Sunnatullah dalam sejarah kemanusiaan, yang benar akan selalu unggul.
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ [يوسف: 21]
Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti (QS. Yusuf: 21).
وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ [الشعراء: 227]
Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali (QS. Al-Syu’ara: 227).
Selesai
Sumber:
https://www.facebook.com/muchlis.hanafi.52/posts/10225956807330571
https://www.facebook.com/muchlis.hanafi.52/posts/10225959420835907
https://www.facebook.com/muchlis.hanafi.52/posts/10225959483517474
https://www.facebook.com/muchlis.hanafi.52/posts/10225959712163190