Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)
Allah berfirman:
وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan” (Al-‘An`ām: 129)
Ketika Al-Hafidz As-Suyuthi menafsirkan ayat ini, beliau mencantumkan hadis berikut:
” ﻛﻤﺎ ﺗﻜﻮﻧﻮا ﻛﺬﻟﻚ ﻳﺆﻣﺮ ﻋﻠﻴﻜﻢ “
“Sebagaimana keadaan kalian, seperti itulah pemimpin kalian” (HR Al-Baihaqi)
Demikian pula penafsiran ulama Salaf, A’masy:
ﺇﺫا ﻓﺴﺪ اﻟﻨﺎﺱ ﺃﻣﺮ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺷﺮاﺭﻫﻢ
“Jika keadaan manusia sudah rusak maka yang jadi pemimpin adalah orang yang buruk” (Tafsir Ad-Dur Al-Mantsur)
Kalau kita mengutuk sana sini dengan menuduh para pemimpin di semua tingkatan adalah jelek, ya karena kita semuanya memang demikian keadaannya. Oleh karenanya dahulu para Sahabat terdiri dari orang-orang mulia maka yang terpilih menjadi pemimpin seperti Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar, Sayidina Utsman dan Sayidina Ali.
Sebab Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah berhasil mendidik pribadi-pribadi yang luar biasa. Mendidik umat inilah yang terus dilanjutkan perannya oleh ormas-ormas Islam seperti NU, Muhamadiyah, Al-Khairat, Nahdlatul Wathan, Perti dan sebagainya.
Sumber: https://www.facebook.com/100000539955543/posts/4251233574904599/