Berdialog dengan Allah lewat Surah Al-Fatihah
Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. (Profil)
Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ
Nabi saw. bila mengalami kesulitan lahir atau batin, Beliau berucap: “Wahai Bilal, mari menenangkan jiwa dengan shalat”.
Terdapat sekian riwayat yang menguraikan dialog yang terjadi antara Allah dengan pembaca surah Al-Fatihah. Salah satunya dinisbahkan kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. Beliau berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda bahwa Allah swt. berfirman: “Aku membagi surah Al-Fatihah menjadi dua bagian. Setengahnya untuk-Ku dan setengahnya lagi hamba-Ku. Apa yang dia minta akan Ku-perkenankan.
Apabila ia membaca Bismillahirrahmanirrahim. Allah berfirman:”Hamba-Ku memulai pekerjaannya dengan menyebut nama-Ku, maka menjadi kewajiban-Ku untu menyempurnakan seluruh pekerjaannya serta memberkati seluruh keadaannya”.
Apabila ia membaca Alhamdu lillahi Rabbil ‘Alamin, Allah menyambutnya dengan berfirman: “Hamba-Ku mengetahui bahwa seluruh nikmat yang dia rasakan bersumber dari-Ku, dan bahwa ia telah terhindar dari malapetaka karena kekuasaan-Ku, Aku mempersaksikan kamu (para malaikat) bahwa aku akan menganugrahkan padanya nikmat-nikmat di akhirat, di samping nikmat-nikmat di dunia. Akan Ku hindarkan pula ia dari malapetaka ukhrawi dan duniawi.”
Apabila ia membaca Arrahaman Arrahim, Allah menyambutnya dengan berfirman” Aku diakui oleh hamba-Ku sebagai pemberi rahmat dan sumber segala rahmat. Kupersaksikan kamu (para malaikat) bahwa akan kucurahkan rahmat-Ku kepadanya sampai sempurna, dan akan Ku perbanyak pula anugerah-Ku untuknya.”
Apabila ia membaca Maaliki Yaumiddin, Allah menyambutnya dengan berfirman: “Ku persaksikan kamu (para malaikat) sebagaimana diakui oleh hamba-Ku bahwa Akulah Raja (Pemilik) hari kemudian maka pasti akan Ku permudah baginya perhitungan pada hari itu, akan Ku terima kebajikan-kebajikannya dan Ku ampuni dosa-dosanya.”
Apabila ia membaca Iyyaka na’budu, Allah menyambutnya dengan berfirman: “Benar apa yang diucapkan hamba-Ku, hanya Aku yang dia sembah. Ku persaksikan kamu semua, akan Ku beri ganjaran atas pengabdiannya, ganjaran yang menjadikan semua yang berbeda ibadah dengannya akan merasa iri dengan ganjaran itu”
Apabila ia membaca Wa Iyyaka Nasta’in, Allah berfirman: “Kepada Ku hamba Ku meminta pertolongan dan perlindungan. Ku persaksikan kamu, pasti akan Ku bantu ia dalam segala urusannya, akan Ku tolong ia dalam segala kesulitannya, akan Ku bimbing ia dalam saat-saat krisisnya”
Apabila ia membaca Ihdinashshiraatal Mustaqim hingga akhir ayat, Allah menyambutnya dengan berfirman: “Inilah permintaan hamba Ku, dan bagi hamba Ku apa yang dia minta. Telah Ku perkenankan bagi hamba Ku permintaannya, Ku penuhi harapannya dan Ku tenteramkan jiwanya dari segala yang mengkhawatirkannya”
Sumber: M. Quraish Shihab, Islam yang Saya Anut: Dasar-dasar Ajaran Islam, Cet.I; Tangerang: Lentera Hati, 2017. h. 231-232.