Rekonsiliasi Lahir dan Batin
Oleh: Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA (Profil)
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta/Guru Besar Tafsir UIN Syarif Hidayatullah/Rektor Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an
BULAN suci Ramadan ternyata bukan hanya mendatangkan berkah melimpah. Semua ibadah yang dilakukan dijanjikan pahala berlipat ganda, sampai tidurnya orang yang berpuasa pun dijanjikan pahala, tetapi juga telah menjadi faktor rekonsiliasi konflik antarkelompok yang amat monumental. Banyak sekali peristiwa terjadi di dalam bulan suci Ramadan terselesaikan karena sentuhan feminine Ramadan.
Saat kasus perebutan kembali Kota Mekkah (fathu Makkah), terjadi sebuah ketegangan karena di malam hari Nabi memberikan pengampunan kepada kaum kafir Quraisy, dengan menyatakan, “Kalian semua kami bebaskan (Antum al-thulaqa’)” dan ditambahkan, “Hari ini adalah hari kasih sayang (al-yaum yaumul marhamah).”
“Siapa yang masuk di pelataran Kabah mereka aman, demikian juga yang masuk di halaman rumah Abi Sufyan dan yang masuk ke rumah dan me-ngunci rumahnya juga aman.” Namun, keesokan harinya tiba-tiba Ubad, tokoh pemimpin suku Khazraj Madinah meneriakkan kata-kata pemusuhan, “Al-yaum yaumul malhamah (hari ini adalah hari pertumpahan darah).” Penduduk Mekah tentu saja resah dan ketakutan, lalu Abi Sufyan protes, kenapa menjadi hari pertumpahan darah padahal disepakati hari kasih sayang dan hari pengampunan.
Rasulullah SAW menenangkan situasi dengan memberikan klarifikasi. “Sahabat saya itu cadel, tidak bisa menyebut huruf ra, sehingga huruf ra diucapkan dengan la. Maka jadinya al-yaum yaumul marhamah (hari ini hari kasih sayang) diucapkan al-yaum yaumul malhamah (hari ini hari pertumpahan darah).”
Setelah itu Rasulullah meminta sahabat tadi berhenti bicara dan mengikuti persepakatan. Penyelesaian fathu Makkah sangat manusiawi dan menyalahi tradisi perang Arab, bahwa negeri yang ditaklukkan laki-lakinya dibunuh dan perempuannya dijadikan budak. Hari itu betul-betul tidak ada balas dendam. Revolusi tanpa setetes darah.
Bulan Ramadan tentu sangat berdampak positif dalam menurunkan ketegangan berbagai kelompok di Mekah saat itu.
Kasus lain yang juga terjadi di dalam bulan Ramadan, yaitu Perang Badar yang sangat dahsyat, hingga Rasulullah berdoa seperti ini, “Ya Allah jika kami kalah dalam Perang Badar ini, punahlah agama-Mu.” Akhirnya berkat Ramadan, umat Islam memenangi pertempuran itu. Tawanan perang selanjutnya ditahan di Masjid. Jumlahnya yang terlalu besar membuat warga Madinah kerepotan.
Selain harus mengurus para pe-ngungsi yang membanjiri Madinah ditambah lagi dengan tawanan perang Badar yang jumlahnya juga besar. Rasulullah meminta pendapat kepada para sahabatnya perihal tawanan Perang Badar yang memadati halaman Masjid Nabi.
Umar berpendapat, sebaiknya para laki-laki dibunuh dan perempuannya dijadikan budak, sesuai hukum adat. Sahabat Abu Bakar tidak setuju dan mengusulkan agar tawanan perang yang hebat dan pintar itu digunakan memberdayakan masyarakat yang buta keterampilan. Rasulullah setuju pendapat Abu Bakar dan meminta agar dikumpulkan setiap kelas 20 orang, laki-laki dan perempuan. Tawanan perang berdasarkan keterampilan yang dimilikinya mengajar di kelas-kelas itu. Masyarakat Madinah kemudian menjadi terampil dan produktif.
Peristiwa yang terjadi tanggal 22 Juni di Jakarta yang baru lalu juga tidak bisa kita melupakan bulan suci Ramadan. Seandainya bukan karena kekuatan dan berkah Ramadan mungkin eskalasi konflik, yang seharusnya tidak perlu terjadi itu, bisa menjadi besar.
Sebagai warga bangsa Indonesia, kita tidak bisa melupakan Proklamasi Kemerdekaan RI juga terjadi bertepat-an dengan Sayyidul Ayyam hari Jumat dan Sayyidus Syahr, Ramadan, tgl 17 Agustus 1945. Kehadiran bulan Ramadan dalam sejarah bangsa Indonesia dirasakan sering mendatangkan berkah untuk segenap bangsa Indonesia.
Banyak negara lain juga merasakan hal yang sama, seperti kita ketahui banyak sekali negara muslim meraih kemerdekaannya di bulan Ramadan. Bulan suci Ramadan sering kali dirasakan kehadirannya sangat tepat waktu. Terima kasih Ramadan, saatnya kita rekonsiliasi di hari yang fitri ini. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah.
Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/239428-rekonsiliasi-lahir-dan-batin