Manfaat Bulan Ramadan
Oleh: Prof. Dr. Ali Jum’ah Muhammad Abd al-Wahhab
(Ulama Besar Al-Azhar Kairo/Mufti Mesir tahun 2003-2013)
Apa Sebenarnya Manfaat bulan Ramadhan bagi umatnya?
Bulan Ramadhan mengandung banyak sekali manfaat berupa kenikmatan beribadah yang dirasakan oleh hati. Seseorang, ketika merasakan nikmatnya beribadah, itu artinya dia memiliki pengalaman (tajribah, eksprimen) dengan Allah. Ekspresi itu akan dirasakan kembali olehnya setelah beberapa waktu. Itulah kurang lebih makna sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., “Dari satu shalat wajib ke shalat wajib berikutnya terdapat kafarat (penghapusan) bagi dosa yang terjadi diantara keduanya. Dari satu Jumat ke Jumat berikutnya dan dari satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya (juga) terdapat kafarat bagi dosa yang terjadi diantara keduanya.”[1]
Bulan Ramadhan pada hakikatnya merupakan terminal “aroma” rahmat Allah, sebagaimana dianjurkan diajarkan oleh Rasulullah saw. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda,”Lakukanlah kebaikan sepanjang tahun, kejarlah ‘aroma’ rahmat Allah, karena ‘aroma’ rahmat Allah akan menyentuh hamba-hamba yang dia kehendaki. Mintalah kepada Allah untuk menutup auratmu dan mengamankanmu.
Jadi, bulan Ramadhan menyediakan iklim dimana seorang Muslim dapat merasakan pengalaman ruhani khusus bersama Allah swt. Pengalaman ruhani itu bisa dalam bentuk shalat, puasa, shalat malam, membaca al-Qur’an, zikir, doa, zakat, sedekah, dan sebagainya. Bisa juga dalam bentuk ibadah umrah ke Tanah Suci berdasarkan sabda Rasulullah saw. diriwayatkan dari Umm Ma’qil, “Umrah pada bulan Ramadhan menyamai (pahala)ibadah Haji.” Dalam riwayat lain oleh an-N asa’I dari Ibn Abbas ra. diebutkan bahwa Rasulullah saw berkata kepada seorang perempuan Anshar, “Apabila datang bulan Ramadhan lakukanlah umrah, karena ibadah umrah pada bulan Ramadhan menamai ibadah haji”.[2]
Jadi, bulan Ramadhan menyediakan iklim dimana seorang Muslim dapat merasakan pengalaman ruhani khusus bersama Allah swt. Pengalaman ruhani itu bisa dalam bentuk ibadah umrah ke Tanah Suci berdasarkan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Umm Ma’qil, “Umrah pada bulan Ramadhan menyamai (pahala) ibadah haji.”[3]Dalam riwayat lain oleh an-Nasa’I dari Ibn Abbas ra. disebutkan bahwa Rasululah saw. berkata kepada seorang perempuan Anshar, “Apabila datang bulan Ramadhan lakukanlah umrah, karena ibadah umrah pada bulan Ramadhan menyamai ibadah haji.”[4]
Nah, Salah satu manfaat bulan Ramadhan adalah membawa kita memasuki pengalaman ruhani yang khusus itu. Pada bulan-bulan lain boleh jadi seseorang melupakan keistimewaan Ramadhan, dan boleh jadi dia memiliki agenda lain.
Seorang Muslim perlu mencatat baik-baik hal ini. Yakni bahwa program bulan-bulan lain berbeda arimprogram bulan Ramadhan. Yang mendorong seseorang untuk banyak berzikir pada bulan Ramadhan, atau banyak membaca al-Qur’an, atau bentuk ibadah yang lain, adalah program khusus yang dia alami bersama umat islam yang lain selama bulan suci itu. Kita patut bertanya kepada diri kita: apa yang harus kita lakukan agar “aroma” rahmat Allah pada bulan Ramadhan itu berlangsung terus?
Kita Perlu menyiapkan, sesuai kemampuan masing-masing, program yang kiranya dapat menjamin kita untuk menjaga shalat berjamaah seperti yang kita alami pada bulan Ramadhan, juga untuk membiasakan membaca al-Qur’an sebagai wirid harian kita sebagaimana yang biasa kita lakukan pada bulan Ramadhan.Boleh jadi selama bulan ramadhan kita bisa mneghatamkan al-Qur’an dua atau tiga kali. Di Luar Ramadhan, tidak masalah jika kita bisa menghatamkan al-Qur’an satu kali dalam sebulan.
Orang-orang terdahulu membagi al-Qir’an menjadi 30 juz dengan maksud agar mereka dapat menamatkan bacaan al-Qur’an satu juz dalam sehari. Mereka membagi satu juz menjadi dua hizib(hizb) dengan maksud agar satu hizib dibaca pada siang hari dan satu hizib lainnya dibaca pada malam hari (satu hizib dibaca setelah shalat subuh, satu hizib lainnya dibaca setelah shalat magrib atau Isya. Sungguh amat banyak yang harus ddan bisa kita lakukan).
Setiap Muslim tentu saja merindukan pengalaman ruhani khusus yang begitu indah yang terdapat pada blan Ramadhan. Tetapi, bagaimana memperoleh kembali pengalaman itu? Harus ada program. Program yang dibuat itu harus pula dilaksanakan secara konsisten, walaupun volume atau intensitasnya tidak harus setinggi pada Bulan Ramadhan. Misalnya, kita harus bangun malam dan shalat malam sepanjang shalat tarawih. Tetapi setidaknya, kita harus membiasakan diri bangun malam dan melaksanakan shalat malam walau hanya tiga rakaat. Kita harus menyediakan waktu untuk membaca al-Qur’an walau hanya satu rubu’ (seperempat juz) dalam sehari agar kita tidak termasu orang yang menjauhi al-Qur’an. Kita harus memiliki waktu untuk berzikir. Kita harus punya waktu untuk shalat. Kita harus punya waktu untuk ibadah-ibadah yang lain.
Mari sekarang kita lihat program harian kita, betapa program itu jauh berbeda dari program Ramadhan kita. Kita harus lebih banyak berbuat, harus lebih bersemangat untuk beribadah, dan lebih teratur lagi dalam beribadah agar kita dapat mencapai “Kebersinmabungan” yang dicintai Nabi saw. ditanya mengenai amalan apa yang paling disukai oleh Allah. Beliau menjawab, ‘Yang paling konsisten walaupun sedikit’. Rasulullah saw.kemudian bersabda, ‘Lakukanlah amal ibadah selama kalian mampu’[5]
Perlu rasanya saya katakana bahwa kita telah dan akan terus sukses mendapat banyak sekali manfaat dari bulan ramadhan. Satu diantaranya, yang terpentng, adalah wujud persatuan umat Islam yang begitu utuh. Semua umat Islam patuh menyambut panggilan Allah untuk beribadah puasa kepada-Nya secara ikhlas, sebuah ibadah yang memang substansinya keikhlasan itu.
Kita harus terus bersatu mengesakan Allah, menaati-Nya, dan memenuhi panggilan-Nya dan Panggilan Rasul-Nya. dan itu merupakan fardhu ‘ain bagi setiap muslim, apalagi ketika kita menghadapi berbagai bentuk serangan musuh pada saat ini.Sebuah kewajiban bagi individu, bagi keluarga, bagi masyarakat, dan bagi pemerintah.
Dari Bulan Ramadhan kita mendapat manfaat lain, yakni berada dalam perjamuan ayat-ayat al-Qur’an. Al-Qur’an menyeru kita dengan fiman Allah swt.:”Berpegang teguhlah pada tali Allah dan janganlah kalian bercerai berai”(QS. Ali Imran (3): 103). Dari Bulan Ramadhan, kita juga mendapat manfaat lain, yakni kita tahu bahwa agama ini adalah agama misi, agama risalah. Dan umat agama misi ini tentu saja harus menjalankan misinya, baik misi kepada diri sendiri maupun kepada alam semesta. Sungguh tindakan yang bodoh jikaumat ini melupakan misinya, Lalu mennagis dan membarkan dunia menyelesaikan masalahnya.
Bulan Ramadahan akan menjadi saksi yang sempurna dan jujur bagi umat Islam, sebab kita tahu bahwa setiap hari yang berlalu akan menjadi saksi bagi kita.”Aku adalah hari Baru. Aku menjadi saksi atas amalmu. Oleh karena itu, manfaatkanlah aku dengan baik.Aku tidak akan kembali lagi kepadamu sampai hari Kiamat.” Begitulah ‘hari’ berkata setiap hari. Bulan Ramadhan yang datang lagi akan menjadi saksi bagi umat Islam, bagi apa yang mereka lakukan. Bulan Ramadhan mengajak kita, umat Islam,Untuk bersatu padu dan jujur dalam menjawab panggilan Allah dan Rasul-Nya. Bulan Ramadhan mengajarkan kita untuk tidak menjadi tawanan nafsu kita sendiri. Nafsu hanya akan merugikan kita.jika seseorang tertawan maka yang akan datang kemudian adalah keburukan. Selama Ramadhan kita belajar mengenalikan hawa nafsu kita, bahkan terhadap makanan atau minuman yang halal sekalipun, dan terhadap istri kita yang halal sekalipun.
Ramadhan mengajarkan kita untuk menguasai tuntutan nafsu, agar sepanjang kehidupan kita ini berbeda jauh dari nafsu yang cenderung mengajak kepada keburukan. Orang yang dikuasai oleh nafsunya, pada hakikatnya sedang menghamba kepada nafsunya itu. Seorang penyair pernah menulis:
Orang yang dikuasai oleh nafsunya,
Adalah pnyembah nafsunya
Orang yang mengikuti logika kebenran
Adalah mendapat petunjuk
Logika kebenaran itu menyuruh kita untuk memelihara al-Quran dan memelihara misi Rasulullah saw. dengan menjalankan Sunnahnya. Umat Islam harus mengerti bahwa mereka bertanggung jawab penuh atas kedamaian dan keamanan dunia,dimana ada umat Islam, sejatinya mereka menjadi barometer, sejatinya ia menjadi empat umat lain mencari keadilan. Jika umat Islam terus meminta keadilan dari umat lain, itu artinya ada yang salah dalam puasa mereka dan dalam bacaan al-Qur’an mereka!
Dari Ramadhan kita belajar sejatinya kita belajar nilai-nilai yang tidak boleh hlang dari kita, agarbetul-betul tampak bahwa umat Islam adalah Umat yang menegakkan keailan yang diminta oleh pihak lain. Allah swt. berfirman:”Dan jika diantara amu musyrik ada yang mminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah” (QS. at-taubah (9); 6).Orang musyrik saja jika meminta keailan dari Umat islam harus diberi, lalu bagaimana dengan anak kecil yang menjadi korban pembantaian? Bagaimana pula jika ada seorang perempuan yang dirampas hak-haknya dan menuntut kedilan? Bagaimana dengan bangsa yang mengemis di jalan-jalan untuk memenuhi hawa nafsu bangsa-bangsa lain yang berkuasa, tetapi tidak takut kepada Allah? Ketidakmampuan umat Islam menjalankan tugas dan fungsinya itulah yang menyebabkan itu semua terjadi. Yang Paling bertanggung jawab atas itu semua sebenarnya adalah Umat Isam. Dalilnya adalah firman Allah swt:”Adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi penolong sebagian yang lain, jika kamu (kaum Muslim) tidak melaksanakan (apa yang di perintahkan Allah swt), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar” (QS.al-Anfal (8): 73). Secara cukup jelas ayat ini mengatakan bahwa kekacauan dan kerusakan besar yang terjadi itu bukan diakibatkan karena orang kasfir menjadi penolong bagi orang kafir yang lain, tetapi lebih karena orang mukmin tidak menjadi penolong bagi sebagian mukmin yang lain! Sebab, merekalah yang bertanggung jawab atas terjadinya kekacauan di muka bumi, akibat mereka tidak menjalani misi yang semestinya.
Bulan Ramadhan mengajarkan kita nilai-nilai mulia seperti itu. Kita lihat, misalnya, orang-orang berbuka puasa bersama di Ma’idat ar-Rahman yang disediakan oleh orang-orang mampu atau badan-badan sosial. Semua berpuasa bersama-sama, makan bersama, berbuka bersama. Nilai-Nilai seperti ini masih terus kita butuhkan setiap saat, terutama pada masa kita sekarang. Perlu kita ingat bahwa orang-orang yang tidak menyembah Allah saja begitu bangga dengan nilai-nlai mereka, mengapa umat Islam tidak? Umat Islam dituntut memenuhi panggilan Allah, tanpa penundaan, sebagaimana mereka telah memenuhi panggilan Allah untuk berpuasa ketika mengetahui bulan sabit Ramadhan telah muncul.
Saya ingin juga memberi catatan bahwa disini bahwa semua umat Islam tanpa terkecuali harus menydari bahwa masalah persatuan kini menjadi fardhu ‘ain hukumnya, tidak boleh ditinggalkan sedikitpun. Musuh-musuh Islam telah memperlihatkan muka dan rencana yang akan mereka lakukan terhadap umat Islam. Mereka telah memperlihatkan bahwa mereka tidak menginginkan Islam “versi kita”, mereka menginginkan Islam “versi mereka”: Islam yang terlepas dari nilai-nilai tinggi. Islam yang hanya terbatas pada ibadah formal. Sedangkan Islam “versi kita”bukan itu! Islam yang meliputi akidah, syariah, akhlak, moral, etika, ilmu pengetahuan, dan seterusnya. Islam yang sejalan dengan perkembangan zaman. Islam yang berarti martabat, kemuliaan, dan kedamaian bagi umat manusia.Islam yang penuh rahmat:”dan tidaklah Kami mengutusmu (Nabi Muhammad saw) melainkan (sebagai) rahmat bagi alam semesta”(QS. al-Anbiya’ (12):107)
Akhir-akhir ini kita menyaksikan penghinaan sedemikian rupa terhadap Nabi Muhammad saw., manusi agaung yang diutus untuk membenarkan dan meluruskan penyelewengan atas risalah-risalah sebelumnya. Tetapi, banyak dari kita yang terdiam seolah-seolah tidak terjadi apa-apa. Solusi ada ditangan kita. Kita perlu membaca lagi firman Allah swt,: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah apa (sikap mental dan pikiran) yang ada pada diri mereka” (QS. ar-Ra’d (13): 11).Apa yang terjadi pada Umat islam ssat ini harus kita kembalikan penyebabnya kepada diri kita sendiri, kepada kemaksiatan-kemaksiatan yang kita lakukan. Kita telah meninggalkan al-Qur’an, baikdlaam ucapan kita, perilaku kita, moral kita. Kita seolah tidak lagi menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup kita. Kita harus bertakwa kepada Alah dalam sikap diri kita, dalam menyikapi al-Qur’an, dan dalam menyikapi sunnah Rasulullah saw. Dengan berpegang kepada al-qur’an dan sunnah itulah terdapat perlindungan Allah, terdapat keselamatan dunia dan akhirat. Kita perlu menjadikan Ramadhan- dengan segala kemuliaan yang diturunkan pada bulan itu- hidup terus pada masyarakat kita dalam setiap keadaan.
[1] Diriwayatkan oleh Ahmad I dalam Musnad-nya,vol. II,hal.229, dari Abu Hurairah ra.
[2] Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, vol.I, hal 250 dan bersumber dari Anas bin Malik
[3] Diriwayatkan oleh at-Tirmizi dalam kitab Haji, Bab Umrah Ramadhan (nomor 939).
[4] Diriwayatkan oleh an-Nasa’I dalam kitab ash-Shaum (Puasa), (nomor 2110)
[5] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab (Riqaq), Bab sedikit Tapi Konsisten dalam Beramal (nomor 6465), dari Aisyah ra.
Sumber: Syaikh Ali Jum’ah Menjawab 99 Soal Keislaman: Menyorot Problematika Fiqih Ibadah, Fiqih Muamalah, Hingga Fiqih Kedokteran dan Sains. Penyadur: Muhammad Arifin, Penyunting: Faiq Ihsan Anshari, Tangerang: Lentera Hati: Cetakan I, 2014. Hal. 75-82.