Oleh: Prof. Dr. H. Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), Ph. D. (Profil)
Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Australia-New Zealand/Dosen Senior Monash Las School-Australia
لا يكمل عالم في مقام العلم حتى يبتلى بأربع:
١. شماتة الأعدآء
٢. ملامة الأصدقآء
٣. طعن الجهال
٤. حسد العلمآء
فإن صبر جعله الله اماما يقتدى به.
- الشيخ ابو الحسن الشاذلي
Orang berilmu akan berada di maqam alim melalui empat macam ujian:
Pertama, diolok-olok oleh pembencinya (saat ia kena cobaan)
Kedua, dijelek-jelekkan oleh kawan dekat (saat aibnya dibuka)
Ketiga, dilecehkan oleh orang bodoh (saat pendapatnya tidak sesuai keinginan mereka)
Keempat, didengki oleh orang alim yang lain (saat ia terkesan lebih diakui kealimannya atau mendapatkan posisi yang lebih baik)
Namun jika ia sabar, Allah akan menjadikannya teladan atau panutan.
Demikian yang disampaikan Imam Al-Syadzily
Allah mengapresiasi terhadap orang berilmu yang kemudian mereka ditinggikan beberapa derajat (QS 58:11). Dengan demikian, Al-Qur’an memandang penelitian itu sesuatu yang wajib, berfikir itu suatu ibadah, mencari kebenaran itu suatu cara taqarub ilallah, mempergunakan metode dan alat ilmu pengetahuan itu sebagai cara bersyukur terhadap nikmat Allah, sementara mengabaikan hal itu semua sebagai jalan menuju neraka Jahannam.
Dalam hadis riwayat Ibn Mas’ud dijelaskan:
, عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ , قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ خَرَجَ يَطْلُبُ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ , لِيَرُدَّ بِهِ ضَالًّا إِلَى هُدًى , أَوْ بَاطِلًا إِلَى حَقٍّ , كَانَ كَعِبَادَةِ مُتَعَبِّدٍ أَرْبَعِينَ عَامًا»
Nabi bersabda: “Siapa yang keluar rumah untuk menuntut satu bab dari ilmu, untuk mengembalikannya dari kesesatan menuju petunjuk, atau dari kebatilan menuju kebenaran, dia seperti beribadah selama 40 tahun.”
Maka teruslah kita belajar menuntut ilmu, luruskan niat, dan jangan hiraukan celaan orang lain.
Sumber: https://www.facebook.com/NadirsyahHosen