Dr. Abdul Moqsith Ghazali, M.Ag.
(Ketua Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI/Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU/Doktor Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Pertama kali saya mengenalnya ketika dia mengambil kelas ushul fikih yang saya ampu bersama Prof Said Agil Husain al-Munawwar di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Waktu itu dia sedang studi program doktor di sana.
Beberapa kali saya masuk ke kelasnya. Kesan saya, dia memiliki penguasaan literatur keislaman yang cukup baik terutama di bidang Hadits dan Kalam. Ketika sudah lulus, saya dikasi disertasinya yang sudah diterbitkan.
Saya pernah ngobrol agak lama ketika yang bersangkutan menjadi dosen luar biasa di Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta. Saat itu, saya baru tahu bahwa dia juga sedang menekuni ilmu tasawuf.
Sejauh yang saya ketahui, tak terlihat ada keganjilan dalam pemikiran keislamannya. Semuanya masih dalam ruang yang dibolehkan berselisih pendapat (فى مجال الاختلاف).
Jika belakangan dia tampak kontroversial, itu salah satunya karena materi pengajian terbatasnya tersiar ke publik luas melalui media sosial. Materi yang seharusnya hanya dikonsumsi secara terbatas di ribathnya bocor ke luar.
Saya berharap, setelah kontroversinya mereda, Buya Arrazy Hasyim menempuh cara seperti al-Imam Junaid al-Baghdadi dan al-Imam al-Ghazali: membagi materi kajian ke dalam dua bagian– materi pengajian umum untuk publik umum dan materi kajian khusus untuk kalangan khusus.
Ayo, tetap semangat!
Kamis, 7 April 2022
Salam,
Abdul Moqsith Ghazali
Sumber: https://www.facebook.com/abdulmoqsith.ghazali/posts/10159708125013548