Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur/Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)
Ngaji Kitab Ihya’ Di Pondoknya “Imam Al-Ghazali” Tanah Jawa
Saya tidak berniat membedah buku saya yang berjudul Mengkaji Ulang Tuduhan Hadis Palsu Kitab Ihya’, namun saya niat ngaji Tabarrukan di Pondok Darussalam, Blokagung Banyuwangi. Sebab Pendiri pondok tersebut, KH Mukhtar Syafaat, dijuluki Imam Ghazali dari Pulau Jawa, seperti dalam Buku Biografi yang ditulis oleh Gus Fauzinuddin Faiz .
Para pengeritik kitab Ihya’ selalu mempersoalkan hadis-hadis yang terdapat dalam kitab tersebut, dengan tuduhan banyak hadis palsu, hadis batil dan sebagainya. Padahal penilaian status hadis bersifat ijtihadi, seperti disampaikan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar:
ﻗﻠﺖ ﺗﻌﻠﻴﻞ اﻷﺋﻤﺔ ﻟﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﻣﺒﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﻏﻠﺒﺔ اﻟﻈﻦ ﻓﺈﺫا ﻗﺎﻟﻮا ﺃﺧﻄﺄ ﻓﻼﻥ ﻓﻲ ﻛﺬا ﻟﻢ ﻳﺘﻌﻴﻦ ﺧﻄﺆﻩ ﻓﻲ ﻧﻔﺲ اﻷﻣﺮ ﺑﻞ ﻫﻮ ﺭاﺟﺢ اﻻﺣﺘﻤﺎﻝ ﻓﻴﻌﺘﻤﺪ
Saya berkata: “Penilaian cacat terhadap hadis oleh para ulama di bidang hadis adalah berdasarkan prasangka yang kuat (ijtihadi). Jika ulama mengatakan “Fulan salah dalam hal ini” maka belum tentu salah pada kenyataannya, tapi sesuatu yang diduga kuat sehingga dijadikan pedoman (Fath Al-Bari, 1/585)
Misalnya Salat Nishfu Sya’ban dan dicantumkan dalam kitab Ihya’ Ulumiddin dan dinilai palsu oleh ulama Madzhab Syafi’i, akan tetapi dalam pandangan ulama lain tetap diamalkan, yaitu oleh Imam Ibnu Qudamah (629 H) dari Mazhab Hambali:
ﻗﺎﻝ اﻟﺤﺎﻓﻆ اﻟﻀﻴﺎء: ﻭﻛﺎﻥ اﻟﻠﻪ ﻗﺪ ﺟﻤﻊ ﻟﻪ ﻣﻌﺮﻓﺔ اﻟﻔﻘﻪ، ﻭاﻟﻔﺮاﺋﺾ، ﻭاﻟﻨﺤﻮ، ﻣﻊ اﻟﺰﻫﺪ ﻭاﻟﻌﻤﻞ. ﻗﺎﻝ: ﻭﻛﺎﻥ ﻻ ﻳﻜﺎﺩ ﻳﺴﻤﻊ ﺩﻋﺎء ﺇﻻ ﺣﻔﻈﻪ ﻭﺩﻋﺎ ﺑﻪ، ﻭﻻ ﻳﺴﻤﻊ ﺫﻛﺮ ﺻﻼﺓ ﺇﻻ ﺻﻼﻫﺎ، ﻭﻻ ﻳﺴﻤﻊ ﺣﺪﻳﺜﺎ ﺇﻻ ﻋﻤﻞ ﺑﻪ. ﻭﻛﺎﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﻓﻲ ﻧﺼﻒ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻣﺎﺋﺔ ﺭﻛﻌﺔ
Al-Hafidz Dhiyauddin (643 H) berkata: “Allah telah menghimpun pengetahuan fikih, faraidl dan nahwu kepada Ibnu Qudamah, juga sifat zuhud dan beramal. Hampir tidak pernah Ibnu Qudamah mendengar doa kecuali ia hapal dan membacanya. Ia tidak pernah mendengar tentang salat kecuali ia melakukannya. Dan ia tidak pernah mendengar sebuah hadis kecuali ia amalkan. Ia menjadi imam Salat 100 rakaat di malam Nishfu Sya’ban” (Al-Hafidz Ibnu Rajab, Dzail Thabaqat Al-Hanabilah, 3/113)
Sumber: https://www.facebook.com/makruf.khozin/posts/5578635905497686