Oleh: Prof. Muhammad Ali, M.Sc.,Ph.D. (Profil)
Associate Professor, Religious Studies Department & Chair, Middle East and Islamic Studies Program, University of California, Riverside
Senin kemarin saya mengajar agama2 Asia Tenggara, mulai dengan silabus, perkenalan, mengapa mereka ambil mata kuliah ini, dan kita membahas apa itu agama, mengapa belajar tentang agama, dan mengapa begitu banyak agama di dunia, termasuk di Asia Tenggara.
Singkatnya begini. Agama diartikan bermacam-macam. Kata agama (religion, din, darma, dll) dan yang serupa muncul di berbagai budaya. Tidak ada satu definisi agama yang diterima semua, tapi agama memiliki beberapa ciri umum: ia berkaitan dengan sesuatu yang lebih (tinggi, dalam, tak tampak/tampak) dari biasanya. Ada nilai sakralitas yang diberikan. Tidak semua agama meyakini tuhan, dan tidak semua agama yang meyakini tuhan memahaminya secara persis sama. Agama merupakan bentuk pemaknaan (meaning making) terhadap kehidupan dan alam. Tapi dalam masing-masing agama pun terjadi perbedaan dan keragaman karena manusia memiliki akal dan budaya.
Mengapa belajar tentang agama? Agama ada dan dianut bagian besar manusia, dan agama berperan dalam berbagai bidang kehidupan. Agama tidak satu. Agama tidak tetap, tapi berubah. Agama tidak muncul dalam ruang hampa. Agama ada dalam sejarah. Agama memengaruhi sejarah tapi sejarah juga memengaruhi agama. Tidak ada satupun agama yang ada di zaman ini persis sama dengan agama itu ketika ia muncul.
Mengapa banyak agama di dunia? Sejarah manusia berbeda-beda. Geografi juga berperan. Bentuk politik suatu masyarakat juga. Misalnya: Mengapa mayoritas Cina konghucu/tao, dan mayoritas India hindu, sedangkan Asia Tenggara lebih beragam? Karena politik Cina dan India yang terpusat sehingga agama cenderung seragam. Di Asia Tenggara, kekuasaan cenderung menyebar, dan berbagai agama masuk ke Asia Tenggara. Agama-agama “lokal” yang ada sebagiannya survived sebagiannya terpinggirkan, namun agama-agama dari luar itu berintegrasi dan konflik dgn agama-agama lokal. Mengapa agama di Indonesia lebih majemuk dibandingkan di Thailand misalnya? Ada faktor geografi dan kondisi kepulauan. Ada juga faktor bentuk hubungan negara dan masyarakatnya.
Mengapa Islam berkembang padahal dulunya Hindu dan Buddha ketika Majapahit dan Sriwijaya, juga karena faktor sejarah panjang islamisasi dan perubahan agama kekuasaan yang diikuti dengan perubahan agama rakyatnya. Setiap Anda, dia, mereka bisa menelusuri mengapa dan bagaimana Anda, dia, mereka bisa menjadi Muslim, Protestan, Katolik, Hindu, atau bukan.
Mengapa sebagian wilayah atau propinsi mayoritas Muslim, sebagiannya mayoritasnya Hindu (Bali), dan sebagiannya mayoritas Protestan. Bisa dijelaskan secara historis, geografis, dan demografis termasuk imigrasi dan konversi.
Sumber: https://web.facebook.com/muhamadali74/posts/10159720237108501