Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur/Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)
Makam Nabi Yusya’ bin Nun
Soal keotentikan makam-makam para Nabi disampaikan oleh Al-Hafidz Iraqi:
ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭ اﻷﻧﺒﻴﺎء ﻣﺎ ﻫﻮ ﻣﺤﻘﻖ ﺳﻮﻯ ﻗﺒﺮ ﻧﺒﻴﻨﺎ – ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ –
Tidak ada validitas yang benar-benar nyata tentang keberadaan makam-makam para Nabi selain makam Nabi shalallahu alaihi wa sallam (Tharh Tatsrib, 3/303)
Tetapi karena banyak yang mempercayai makam di atas gunung ini sebagai makam Nabi Yusya’ bin Nun tidak ada salahnya saya mengunjungi tempat tersebut, terlebih lagi di depan makam ada tulisan dari ayat Al-Qur’an:
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun” (Al-Kahfi: 60)
Fata (murid/pemuda) yang dimaksud dalam ayat ini adalah Nabi Yusya’ bin Nun (HR Bukhari).
Berbicara penafsiran 2 laut sebagai tempat pertemuan Nabi Musa yang akan ‘berguru’ kepada Nabi Khidir ini ada dua pendapat:
1. Mayoritas Mufassirin menjelaskan:
ﻭﻣﺠﻤﻊ اﻟﺒﺤﺮﻳﻦ ﻣﻠﺘﻘﻰ ﺑﺤﺮﻱ ﻓﺎﺭﺱ ﻭاﻟﺮﻭﻡ
Tempat bertemunya dua laut Persi dan Romawi (Selat Bosphorus)
2. Penafsiran sebagian ulama secara takwil, disampaikan oleh Al-Baidhawi:
ﻭﻗﻴﻞ اﻟﺒﺤﺮاﻥ ﻣﻮﺳﻰ ﻭﺧﻀﺮ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ اﻟﺼﻼﺓ ﻭاﻟﺴﻼﻡ ﻓﺈﻥ ﻣﻮﺳﻰ ﻛﺎﻥ ﺑﺤﺮ ﻋﻠﻢ اﻟﻈﺎﻫﺮ ﻭاﻟﺨﻀﺮ ﻛﺎﻥ ﺑﺤﺮ ﻋﻠﻢ اﻟﺒﺎﻃﻦ.
Dua laut itu adalah Musa dan Khidir. Sebab Musa adalah lautan ilmu zahir dan Khidir adalah lautan ilmu batin (Tafsir Al-Baidhawi, 7/286)
Sumber: https://www.facebook.com/makruf.khozin/posts/5159592037402077