Oleh: Dr. (HC) KH. Husein Muhammad
(Pakar Tafsir Gender/Pendiri Fahmina Institute/Pengasuh PP. Dar al-Tauhid Cirebon/Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan)
JAHIL
Omar al-Khayyam, filsuf, sastrawan, astronom dan matematikawan dari Persia mengatakan dalam puisinya:
اتريدون معرفة الجحيم بكنهها
ان الجحيم لصحبة الجهال
“Apakah kau ingin tahu neraka yang sejati?. Ialah berteman dengan “Al-Juhhal”.
Kata “al-Juhhal”, adalah jamak atau plural dari kata “Jahil”. Ia berarti orang yang bodoh. Dari kata ini muncul derivasi “Jahilyah”.
Karen Armstrong dalam “Compassion” memaknai Jahiliyah dengan sangat menarik. Katanya: Jahiliyah (jahil) pada umumnya dimaknai sebagai bodoh, tetapi makna utamanya adalah sikap pemarah.
Dalam teks Islam awal “Jahiliyah” menunjukkan agresi, arogansi, chauvinisme dan kecenderungan kronis pada kekerasan, kasar dan pendendam.
Sementara kata Chauvinisme adalah istilah yang dipakai untuk merujuk kepada sikap kesetiaan atau fanatisme ekstrem terhadap suatu pihak atau keyakinan tanpa mau mempertimbangan pandangan alternatif.
04.10.2021
HM
Sumber: https://www.facebook.com/husayn.muhammad/posts/10226180485194370