Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim/Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)
Dalam Madzhab Syafiiyah ditetapkan bahwa khutbah pada hari raya adalah 2 kali, bukan 1 kali.
Metode penetapan hukum dalam masalah ini terjadi perbedaan pendapat. Imam Nawawi menggunakan metode Qiyas dan al-Hafidz Ibnu Hajar memakai hadis dlaif.
– Imam An-Nawawi:
((ﻗﺎﻝ اﻟﻨﻮﻭﻱ ﻓﻲ ((اﻟﺨﻼﺻﺔ)) : ﻭﺭﻭﻱ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ: ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ: ((اﻟﺴﻨﺔ ﺃﻥ ﻳﺨﻄﺐ ﻓﻲ اﻟﻌﻴﺪﻳﻦ ﺧﻄﺒﺘﻴﻦ؟ ﻓﻴﻔﺼﻞ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺑﺠﻠﻮﺱ)) ؛ ﺿﻌﻴﻒ ﻏﻴﺮ ﻣﺘﺼﻞ، ﻭﻟﻢ ﻳﺜﺒﺖ ﻓﻲ ﺗﻜﺮﻳﺮ اﻟﺨﻄﺒﺔ ﺷﻲء، ﻭﻟﻜﻦ اﻟﻤﻌﺘﻤﺪ ﻓﻴﻪ اﻟﻘﻴﺎﺱ ﻋﻠﻰ اﻟﺠﻤﻌﺔ.)) .
An-Nawawi berkata dalam al-Khulashah bahwa diriwayatkan dari Ibnu Masud: “Apakah khutbah di hari raya sunah 2 kali khutbah? Maka Khatib memisah diantara 2 khutbah dengan duduk” adalah dlaif tidak tersambung. Dan tidak ada dalil sahih dalam mengulang khutbah. Namun pendapat Muktamad adalah diqiyaskan dengan khutbah Jumat”
– Al-Hafidz Ibnu Hajar
ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻳﺠﻠﺲ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ اﻟﺠﻤﻌﺔ ﻣﻘﺘﻀﺎﻩ ﺃﻧﻪ اﺣﺘﺞ ﺑﺎﻟﻘﻴﺎﺱ ﻭﻗﺪ ﻭﺭﺩ ﻓﻴﻪ ﺣﺪﻳﺚ ﻣﺮﻓﻮﻉ ﺭﻭاﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﻭﻓﻴﻪ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﻣﺴﻠﻢ ﻭﻫﻮ ضعيف .
Khatib duduk diantara 2 khutbah seperti dalam salat Jumat. Hal ini seolah ia berhujjah dengan Qiyas. Padahal ada hadis Marfu’ riwayat Ibnu Majah dari Jabir. Di dalam sanadnya ada Ismail bin Muslim, ia dlaif (Talkhish al-Habir 2/205)
Hadis yang dimaksud adalah:
ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ، ﻗﺎﻝ: «ﺧﺮﺝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻮﻡ ﻓﻄﺮ ﺃﻭ ﺃﺿﺤﻰ، ﻓﺨﻄﺐ ﻗﺎﺋﻤﺎ ﺛﻢ ﻗﻌﺪ ﻗﻌﺪﺓ ﺛﻢ ﻗﺎﻡ»
Jabir berkata bahwa Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallama keluar saat Idul Fitri maupun Adlha, lalu berkhutbah dengan berdiri, kemudian duduk sejenak dan berdiri lagi (HR Ibnu Majah)
Sumber: https://www.facebook.com/makruf.khozin/posts/1336716943022958