Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur/Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)
Di aplikasi Umma saya pendatang baru. Hari pertama Ngaji 1 Ramadhan yang ikut ngaji live cuma 4 orang. Hari kedua bertambah sekitar 60-an orang. Tadi sore sudah 110-an. Saya cuma ingin meniru guru-guru saya, berapapun orang yang ngaji tetap saya telateni, in syaa Allah.
Setelah kemarin bahas sahur dan fenomena membangunkan orang sahur, tadi membahas buka puasa dan kebiasaan memberi takjil saat buka puasa. Sedekah berbuka puasa ini secara khusus disabdakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:
ﻋَﻦْ ﺯَﻳْﺪِ ﺑْﻦِ ﺧَﺎﻟِﺪٍ اﻟﺠُﻬَﻨِﻲِّ ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: «ﻣَﻦْ ﻓَﻄَّﺮَ ﺻﺎﺋﻤﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﻣِﺜْﻞُ ﺃَﺟْﺮِﻩِ، ﻏَﻴْﺮَ ﺃَﻧَّﻪُ ﻻَ ﻳَﻨْﻘُﺺُ ﻣِﻦْ ﺃَﺟْﺮِ اﻟﺼَّﺎﺋِﻢِ ﺷَﻴْﺌًﺎ»
“Barangsiapa memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa maka ia mendapat pahala sama seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun” (HR Tirmidzi dari Zaid bin Khalid)
Nah, tradisi di lingkungan kita ada kalanya takjil ini langsung diberikan kepada masjid, komunitas orang yang tidak mampu, bahkan kadang-kadang langsung di jalan raya. Ini dulu sebelum ada wabah penyakit Corona. Sekarang bisa langsung diantar ke panti asuhan, diantar melalui Gojek, Grab dan sebagainya. Yang penting jangan berkerumun, jangan bergerombol dalam jumlah banyak karena tidak pernah tahu melalui siapa virus akan menular. Di samping itu sudah ada aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
Sumber: https://www.facebook.com/makruf.khozin/posts/3531487096879254