Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur/Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)
Seolah menjadi suratan atas lahirnya kelompok Salafi-Wahabi yang selalu menyalahkan, membidahkan dan sebagainya. Kali ini mereka menyoal ucapan di hari raya yang berlaku di negeri kita. Benarkah salah? Tidak benar. Menurut ulama Salafi Syaikh Ibnu Utsaimin dapat disimpulkan bahwa ucapan yang berlaku di masyarakat Muslim tidaklah salah, karena tidak ada ketentuan khusus dalam mengucapkan selamat di hari raya:
وسئـل الشيخ ابن عثيمين : ما حكـم التهنئة بالعيد ؟ وهل لها صيغة معينة ؟ فأجاب : “التهنئة بالعيد جائزة ، وليس لها تهنئة مخصوصة ، بل ما اعتاده الناس فهو جائز ما لم يكن إثماً” اهـ
Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya tentang hukum ucapan selamat di hari raya, apakah ada redaksi khusus? Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab: Ucapan selamat di hari raya adalah boleh. Tidak ada bentuk ucapan secara khusus. Bahkan apa yang menjadi kebiasaan masyarakat adalah boleh, selama tidak mengandung dosa”
Apakah ucapan Maaf Lahir Batin berdosa Syaikh?
سئل فضيلة الشيخ : عن عبارة ” كل عام وأنتم بخير ” ؟ فأجاب بقوله : قول : ” كل عام وأنتم بخير ” جائز إذا قصد به الدعاء بالخير . مجموع فتاوى ورسائل العثيمين – (3 / 125)
Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya tentang redaksi ucapan selamat “Semoga setiap tahun Anda dalam kebaikan”? Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab BOLEH jika ditujukan untuk doa kebaikan (Majmu’ Fatawa wa Rasail al-Utsaimin 3/125)
Jika ulama Salafi di Saudi membolehkan, mengapa muridnya di Indonesia melarang?
Artikel yang disebarkan yang isinya menyalahkan kebiasaan ucapan selamat saat Idul Fitri di Indonesi yang berupa: “Minal Aidin wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin” dengan dalih tidak akan dimengerti oleh umat Islam di negeri lain. Sejak kapan Ustadz Salafi ini menjadikan “Faham dari negeri lain” sebagai argumen melarang, siapa ulama yang menggagasnya? Atau hanya pikiran sendiri?
Rupanya Ustadz Salafi ini menyelisihi ulama Salafi lainnya yang lebih berilmu, yaitu Syaikh Abdurrahman as-Sa’di, yang konon ahli tafsirnya Salafi di Saudi. Beliau berkata:
” هذه المسائل وما أشبهها مبنية على أصل عظيم نافع ، وهو أن الأصل في جميع العادات القولية والفعلية الإباحة والجواز ، فلا يحرم منها ولا يكره إلا ما نهى عنه الشارع ، أو تضمن مفسدة شرعية ، وهذا الأصل الكبير قد دل عليه الكتاب والسنة في مواضع ، وذكره شيخ الإسلام ابن تيمية وغيره . فهذه الصور المسؤول عنها ما أشبهها من هذا القبيل ، فإن الناس لم يقصدوا التعبد بها ، وإنما هي عوائد وخطابات وجوابات جرت بينهم في مناسبات لا محذور فيها ، بل فيها مصلحة دعاء المؤمنين بعضهم لبعض بدعاء مناسب، وتآلف القلوب كما هو مشاهد .
( الفتاوى ) في المجموعة الكاملة لمؤلفات الشيخ عبد الرحمن السعدي (348)
Masalah ucapan di hari raya dan semisalnya ini berlandaskan pada pondasi besar, yaitu bahwa dasar dari semua kebiasaan (tradisi) baik berupa ucapan atau perbuatan ADALAH BOLEH. Maka tidak ada yang haram dari tradisi tersebut kecuali yang dilarang oleh Agama atau mengandung mafsadah secara Syar’i. Pondasi besar ini telah ditunjukkan oleh al-Quran dan al-Hadis dalam banyak tempat, dan disampaikan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah dan lainnya.
Ucapan selamat yang ditanyakan termasuk bagian ini. Umat Islam tidak bertujuan ibadah dengan ucapan selamat tersebut. Ini hanyalah kebiasaan, dialektika dan jawab-menjawab di hari-hari tertentu. Ini tidak dilarang. Bahkan di dalamnya ada maslahat yaitu saling mendoakan dan menjadikan hati tentram, sebagaimana yang disaksikan saat ini” (Majmu’ah al-Kamilah 348)
Dari point terakhir fatwa beliau disimpulkan: Ucapan selamat hari raya bersifat dialektika yang dapat menentramkan hati umat Islam. Maka di negeri kami telah tercapai dengan kalimat “Minal Aidin wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin”.
Ulama Saudi membolehkan, kok Ustadz Salafi di Indonesia melarang?
Sumber:
https://www.facebook.com/makruf.khozin/posts/1320447357983250
https://www.facebook.com/makruf.khozin/posts/1320836637944322