Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim/Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)
Beragama itu menerima kebenaran dengan iman dalam hati bukan dengan akal.
Bagaimana mungkin Nabi Musa dapat membelah lautan dengan tongkat? Bagaimana mungkin Nabi Sulaiman memiliki prajurit dari kalangan Jin dan hewan serta berdialog dengan mereka? Bagaimana mungkin Nabi Ibrahim selamat dari api yang membakarnya? Bagaimana mungkin Nabi Isa dapat menghidupkan nyawa orang yang sudah mati? Bagaimana mungkin penghuni goa bisa hidup lagi setelah tertidur 300 tahun?
Di pagi hari setelah Nabi Muhammad mengabarkan kejadian isra mi’raj semalaman memang banyak yang meragukan kebenarannya sehingga mereka kembali ke agamanya semula. Semoga kita saat ini tidak keluar dari keimanan ini.
وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِّلنَّاسِ
(Al-‘Isrā’: 60) “Dan Kami tidak menjadikan peristiwa isra’ yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia…”
Sumber: https://www.facebook.com/makruf.khozin/posts/4512143045480316