Dr. Imam Nakha’i, M.H.I.
(Dosen Ma’had Aly Situbondo)
Di indonesia perbedaan penentuan awal Ramadhan dan awal syawal hampir selalu terjadi tiap tahun, baik antara organisasi Islam dengan Negara, atau antar lembaga keagamaan. Dikalangan masyarakat perbedaan itu kerab menimbulkan permusuhan. Sekalipun dikalangan elitnya perbedaan sudah mulai dianggap sebagai hal yg niscaya dalam praktek keberagamaan.
Potensi perbedaan itu, hakikatnya sudah dibaca oleh Rasulullah. Sebab penentuan syawal dikaitkan dengan apakah bulan terlihat atau tidak. Hambatan mendung, hujan, dan cuaca lainnya sering menjadi penghambat. Olehnya Nabi bersabda:
عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال الصوم يوم تصومون والفطر يوم تفطرون والأضحى يوم تضحون قال أبو عيسى هذا حديث حسن غريب
Puasa adalah hari dimana masyarakat banyak mulai puasa, Iedul fitri adalah hari di mana mereka berbuka (sudah tidak berpuasa), dan iedul adha adalah hari di mana mereka menyembelih korban.
Hadist ini tidak menyebut hari raya adalah tanggal satu syawal, mulai puasa adalah tgl satu romadhan, melainkan menyebut sebagaimana hadist di atas. Ini berarti, jika satu organisasi keagamaan menetapkan hari ketiga puluh adalah iedul fitri yg berarti puasanya 29 hari, maka iedul fitrinya ya hari ke tiga puluh itu. Boleh jadi hari ketiga puluh itu masih tanggal 30 Rhamadhan. Demikian pula jika ormas agama beridul fitri setelah berpuasa 30 hari, maka ya hari berikutnya itulah hari rayanya. Bisa jadi hari ke 30 itu adalah tgl 1 syawal, karena puasanya hanya 29 hari. Berarti mereka ini berhari raya tgl 2 syawal. Apa boleh?
Ya itulah jawaban Rasulullah saw. Hari raya iedul itu adalah hari dimana mereka tidak lagi berpuasa, bisa jadi hari ke 30 ramadhan atau sehari setelah hari ke 30 itu. Seingat saya (mohon maaf jika salah) Nu seringkali berhari raya pada hari ke 30, itu berarti puasanya 29 hari. Sedang Muhammadiyah sering berhari ranya sehari setelah hari ke 30 ramadhan, itu berarti mereka berpuasa 30 hari.
Mana yang benar? Menurut hadist di atas semuanya bisa benar. Jadi tidak perlu tengkar, dan juga tidak perlu rebutan tanggal satu syawal. Hari mana mereka berbuka, tidak lagi berpuasa (antara 29-30 hari), maka disitulah hari rayanya. Yang salah adalah umat islam yg tidak berpuasa, atau berbuka sebelum waktu nya.
Wallahu A’lam
Situbondo 140520
Sumber: https://www.facebook.com/imam.nakhai1/posts/10219820559298626