Oleh: Dr. (HC) KH. Husein Muhammad
(Pakar Tafsir Gender/Pendiri Fahmina Institute/Pengasuh PP. Dar al-Tauhid Cirebon/Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan)
KATA SIAPA SIH BUKAN BENAR GAK SIH?
Masih berlangsung hingga hari ini, bahkan tampaknya semakin kuat dan populer. Bila ada pernyataan yang mencerdaskan dan mencerahkan, atau kata-kata bijak (hikmah), tapi yang mengatakannya orang asing, atau tidak dikenal atau bukan nama Arab, maka akan muncul pertanyaan siapa sih dia itu? agamanya apa ya?. Mazhabnya apa ya?. Dia itu “muwahhid” (monoteis, mentauhidkan Allah) bukan ya?.
Dengan begitu penerimaan atas sebuah pernyataan tampaknya lebih karena dan melihat siapa (orang) yang mengucapkan/mengatakannya, bukan apa isi kata-katanya, atau bukan karena pernyataan itu benar, baik atau adil. Bukankah itu yang paling penting dan perlu diapresiasi dan diikuti?.
Penerimaan pengetahuan berdasarkan siapa yang mengatakannya, bukan pada isi kata-kata itu berpontensi membentuk sikap taqlid, lalu konservatif, lalu fanatis lalu radikalis, lalu …?
Pada pengantar kitab “Faishal al-Tafriqah Baina al-Islam wa al-Zandaqah “, disebutkan :
التعصب هو من عوامل الريسية التى ادت الى تاخر المسلمين. هذه حقيقة يدركها كثير من الناس.
“Fanatik termasuk faktor utama yang menyebabkan keterbelakangan kaum muslimin. Ini adalah kenyataan yang ditemukan banyak orang”.
04.03.21
HM
Sumber: https://www.facebook.com/husayn.muhammad/posts/10224761820408637