Dr. Imam Nakha’i, M.H.I.
(Dosen Ma’had Aly Situbondo)
Kamis-Jum’at, 16-17 Juli 2020, Kami, Komisioner Komnas Perempuan Periode 2020-2024 mengadakan pendalaman salah satu Konvensi tentang “Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakukan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia (Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment), yang selanjutnya disebut “CAT”, yang diterima oleh Majelis Umum (MU) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 10 Desember 1984, mulai berlaku pada 27 Juni 1987. Indonesia telah meratifikasi melalui UU No 5 Tahun 1998 pada 28 September 1998.
Tujuan Konvensi adalah untuk mencegah dan memberantas penggunaan penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat dan untuk memastikan pertanggungjawaban atas tindakan penyiksaan oleh pejabat berwenang.
Konvensi ini menyatakan bahwa penyiksaan dan sejenisnya dilarang, dan tanpa pengecualian, baik dalam keadaan perang, ketidakstabilan politik dalam negeri, maupun keadaan darurat lainnya, untuk tujuan apapun termasuk tujuan untuk mendapatkan informasi atau penghukuman atau intimidasi.
Mendengar penjelasan Pemateri, Bang Usman Hamid, Saya teringat pada pengajian kitab-kitab kuning di Pesantren. Salah satu kitab yang akrab dibaca di pesantren-pesantren dan menjadi rujukan bahsul masa’il di Nahdatul Ulama, al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu, karya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaily, menyatakan:
حماية الكرامة الإنسانية: أعلن الإسلام مبدأ كرامة الإنسان، فهو أكرم مخلوق على الأرض، والكرامة حق طبيعي لكل إنسان، فلا يجوز إهدار كرامته، أو إباحة دمه وشرفه سواء أكان محسناً أم مسيئاً، مسلماً أم غيرمسلم، لأن العقاب إصلاح وزجر، لا تنكيل وإهانة، ولا يحل شرعاً السب والشتم والاستهزاء وقذف الأعراض، كما لا يجوز التمثيل (1) بأحد ولو من الأعداء أثناء الحرب أو بعد انتهائها، ويحرم التجويع والإظماء والنهب والسلب، لقوله تعالى: {ولقد كرَّمنا بني آدم، وحملناهم في البر والبحر، ورزقناهم من الطيبات وفضَّلناهم على كثير ممن خلقنا تفضيلاً} [الإسراء:70/ 17]. الفقه الإسلامي وأدلته للزحيلي (8/ 6411)
Salah satu prinsip ajaran Islam adalah menjaga kemulyaan kemanusiaan. Islam telah memproklamirkan prinsip kemulyaan manusia. Kemulyaan Kemanusiaan adalah “hak natural” setiap manusia. Maka tidak boleh diruntuhkan dan dicabut oleh siapapun. Tidak boleh melakukan penghukuman yang merendahkan kemanusiaan, baik ia orang jahat atau baik, baik muslim maupun non muslim. Sebab hukuman dalam Islam dimaksudkan untuk memanusiakan manusia (ishlah) dan mencegah keberulangan bukan sebagai pembalasan dendam dan merendahkan serta menghinakan. Juga tidak boleh mencaci, memaki, mengolok-olok dan mencemarkan kehormatan. Juga Haram penghukuman dengan “tidak memberi makan, membuat lapar-melaparkan”, tidak memberikan minum, merampas dan merusak. Karena Allah telah berfirman ” sungguh telah kami mulyakan setiap manusia..”
Di bagian yang lain beliau juga menyatakan:
حماية الكرامة الإنسانية: الكرامة حق طبيعي لكل إنسان، رعاها الإسلام، واعتبرها مبدأ الحكم وأساس المعاملة، فلا يجوز إهدار كرامة أحد، أو إباحة دمه وشرفه، سواء أكان محسناً أم مسيئاً، مسلماً أم غير مسلم؛ لأن العقاب إصلاح وزجر، لا تنكيل وإهانة، ولا يحل شرعاً السب والاستهزاء والشتم وقذف الأعراض، كما لا يجوز التمثيل بأحد حال الحياة أو بعد الموت، ولو من الأعداء أثناء الحرب أو بعد انتهائها. ويحرم التجويع والإظماء والنهب والسلب. الفقه الإسلامي وأدلته للزحيلي (8/ 6208)
Dengan demikian Posisi Islam jelas, melarang keras kepada siapapun terlebih pejabat negara yang berwenang untuk melakukan tindakan penyiksaan yang kejam, penghukuman yang merendahkan martabat Manusia.
Jika kita tidak takut terhadap convensi ini karena dianggap Barat, maka setidaknya kita takut terhadap Ajaran Islam. Jika kita tetap menghukum secara tidak manusiawi, merendahkan dan menghinakan, maka saya tidak tahu lagi ajaran apa yg kita ikuti.
Wallahu A’lam
Jakarta 16072020
Sumber: https://www.facebook.com/imam.nakhai1/posts/10220379761878341