Dr. Imam Nakha’i, M.H.I.
(Dosen Ma’had Aly Situbondo)
Setiap umat Islam setidaknya membaca “ihdina ash-shirathal mustaqim-hantarkan kami kejalan yg lurus” sebanyak 17 kali. Sebab surat al Fatihah dimana “ihdina ash shirathal mustaqim” adalah salah satu ayatnya, wajib dibaca dalam setiap rakaat shalat lima waktu.
Entah makna apa yg dibayangkan orang yang membaca ayat ini. Apakah membayangkan shiratal mustaqim seperti jalan tol Cipali, atau tol Jakarta-Surabaya, ataukah jalan jalan lurus lainnya, atau membacanya hampa dan hambar tampa makna apapun? Wallahu A’lam.
Jika kita membaca ayat ayat al Qur’an, setidaknya makna shirathal mustaqim bisa sedikit disingkap, sekalipun makna yang tersembunyi mungkin saja lebih banyak.
Ayat 151-152 surat al An’am menyatakan bahwa “shirathal mustaqim” adalah sepuluh perintah/larangan Allah, yaitu:
(1) Jangan sekutukan Allah dengan apapun, (2) berbuat baiklah kepada kedua orang tua, (3) janganlah bunuh anak anakmu akibat kemiskinan, sebab Allah yg meberi rizqimu dan juga anak anakmu, (4) janganlah dekati perbuatan keji, yang tampak maupun yg tersembunyi. (5) janganlah membunuh nyawa yg diharamkan Allah, (6) janganlah dekati harta anak yatim, kecuali dengn cara yang baik, (7) sempurnakan (jangan kurangi) timbangan dan takaran, (8) jangan bebani seorang di atas kemampuannya, (9) jika berkata, adillah walaupun kepada kerabat, dan ke (10) penuhilah perjanjian Allah.
Di ayat selanjutnya, ayat 153, al Qur’an mengakhiri dengan pernyataan ” sesungguhnya inilah jalanku yg lurus maka ikutilah, jangan ikuti jalan jalan selainnya”. Jadi yang dimaksud jalan yg lurus dalam surat al Fatihah itu adalah sepuluh perintah/larangan Allah dalam surat al An’am, yang telah menjadi jalan orang orang yg telah diberi nikmat oleh Allah.
Siapkah orang orang yg telah diberi nikmat Allah? Al Baqarah ayat 48 menyatakan bahwa Allah telah memberikan Nikmatnya kepada “Bani Isra’il”. Bahkan dalam surat Ash-shaffat ayat 114-118, dinyatakan bahwa Allah telah menyelamatkan Musa dan Harun alaihima as salam dan kaumnya, menolongnya, meberi kitab kepada keduanya, dan mengantarkannya ke “ash-shiratal mustaqim”.
Umat Muhammad saw diperintahkan untuk mengikuti sepuluh perintah Allah itu sebagaimana pernah diturunkan dan diperintahkan kepada Umat Nabi Musa as. The ten commandments yang diturunkan kepada Nabi Musa as merupakan pilar dan basis Judaisme didasarkan.
10 perintah Allah diatas menjadi prinsip prinsip dan nilai nilai kemanusian universal. Karena ia tidak berubah sepanjang zaman. Bahasa usul fiqihnya, 10 perintah Allah ini adalah “tsawabith la tataghayyar” atau ” al kulliyat wa al qhat’iyyah” yaitu ajaran universal yg berlaku dalam setiap situasi, kondisi dan zaman.
Jadi membaca ayat ihdina ash-shirthal mustqim dalam surat al Fatihah sehrusnya membayangkan “makna makna itu”. Wallahu A’lam.
Situbondo 060820
Sumber: https://www.facebook.com/imam.nakhai1/posts/10220547063980789