Oleh: Dr. (HC) KH. Husein Muhammad
(Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan)
Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 1111), sang argumentator Islam genius dari Thus, Persia, yang legendaris, melancarkan kritik tajam kepada publik yang menolak rasio, akalbudi. Katanya :
من لا يحيط بالمنطق فلا ثقة بعلومه اصلا
Orang yang tak mengerti logika, pemikiran rasional, imunya tak bisa dipercayai sama sekali.
Al-Ghazali menegaskan bahwa akalbudi adalah basis memahami agama.
العقل اساس النقل فلولاه ما ثبتت النبوة والشريعة
“Akal adalah fondasi memahami “naql” (teks). Andai tidak ada akal niscaya eksistensi kenabian dan syariat (aturan agama/ kehidupan) tak kokoh”.
Di tempat lain beliau mengatakan dalam karyanya “Ma’ arij al-Quds” bahwa
الشرع لم يتبين الا بالعقل. فالعقل كالاس والشرع كالبناء. ولن يغنی اس مالم يكن بناء. ولن يثبت بناء مالم يكن راس.
“Syar’ ( aturan agama) tidak menjadi jelas kecuali melalui akalbudi. Ia bagaikan fondasi, syara’ bagaikan bangunan. Fondasi membutuhkan bangunan dan bangunan tidak eksis tanpa fondasi”.
Selanjutnya al-Ghazali mengatakan bahwa hari ini masyarakat sedang menderita/sakit jiwa. Dan hal yang paling berat dalam kondisi ini adalah kekosongan dokter, ahli medis. Mereka adalah ulama, ahli agama, pakar mental spiritual. Tetapi sayang sekali mereka sendiri sakit parah/kronis. Ini sebagaimana digambarkan oleh seorang penyair :
وراعی الشاة يحمی الذءب عنها فكيف اذ الرعاة لها ذءاب
Penggembala menjaga ternak-ternaknya dari serbuan srigala. Tetapi bagaimana jika penggembala itu sendiri adalah srigala?.
24.02.2021
HM
Sumber: https://www.facebook.com/husayn.muhammad/posts/10224706110695929