Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim/Direktur Aswaja Center PWNU Jatim)
Beberapa hari lalu saya bersilaturahmi dengan KH Amin (pakai surban putih), di Bumiayu Kota Malang. Beliau adalah teman Abah saya saat mondok di Peterongan, Jombang, yang diasuh oleh KH Ramli Tamim.
Abah saya dulu pendiam dan jarang bicara kecuali dengan orang yang akrab. Jika kami ke Kota Malang kadang mampir ke Bumiayu, biasanya sekedar singgah untuk Salat dan meminum secangkir teh. Karena beliau berdua bersahabat saya sering melihat Abah bercanda dengan beliau.
Memuliakan Sahabat dekat orang tua adalah bagian dari berbakti kepada orang tua yang telah wafat, seperti dalam penjelasan hadis berikut:
ﺇﺫ ﺟﺎءﻩ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﺑﻨﻲ ﺳﻠﻤﺔ، ﻓﻘﺎﻝ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ، ﻫﻞ ﺑﻘﻲ ﻣﻦ ﺑﺮ ﺃﺑﻮﻱ ﺷﻲء ﺃﺑﺮﻫﻤﺎ ﺑﻪ ﺑﻌﺪ ﻣﻮﺗﻬﻤﺎ؟ ﻗﺎﻝ: «ﻧﻌﻢ اﻟﺼﻼﺓ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ، ﻭاﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻟﻬﻤﺎ، ﻭﺇﻧﻔﺎﺫ ﻋﻬﺪﻫﻤﺎ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻫﻤﺎ، ﻭﺻﻠﺔ اﻟﺮﺣﻢ اﻟﺘﻲ ﻻ ﺗﻮﺻﻞ ﺇﻻ ﺑﻬﻤﺎ، ﻭﺇﻛﺮاﻡ ﺻﺪﻳﻘﻬﻤﺎ»
Ada seseorang dari Bani Salamah yang datang kepada Nabi dan bertanya: “Wahai Rasulullah, masih adakah cara saya berbakti untuk kedua orang tua saya yang telah wafat?” Nabi menjawab: “Ya, ada. Mendoakan orang tua dan memintakan ampunan, merealisasikan wasiatnya, bersilaturahmi ke kerabat orang tua dan memuliakan teman dekat orang tua” (HR Abu Dawud dan Al-Hakim, ia menilai Sahih dan diakui oleh Adz-Dzahabi)
•] Kiai Amin bilang kepada saya: “Terobati rasa rindu saya pada Abah sampeyan”. Konon kata orang-orang, saya memiliki wajah mirip dengan Abah saya. Sebab kakak-kakak dan adik saya jauh lebih ganteng dari pada saya.
Sumber: https://www.facebook.com/makruf.khozin/posts/4456824021012219