Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. (Profil)
Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ
Memang benar, ada yang dinamai oleh Al-Quran junüd Allah (tentara Allah). Tentara adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan seperti halnya polisi atau militer. Kendati Al-Quran mengakui adanya tentara Allah tetapi dinyatakan bahwa:
وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ
Tidak ada yang mengetahui tentang tentara Tuhan-Mu kecuali Dia (QS. al-Muddaststir/74: 31).
Berdasar ayat di atas, yakni tidak ada yang mengetahui jenis, hakikat, jumlah dan kekuatannya kecuali Allah, Ini berarti bahwa menetapkan apa/siapa tentara Allah haruslah berdasar penyampaian Allah atau Rasul-Nya. Di samping itu, diamati bahwa penisbahan sesuatu kepada Allah biasanya merupakan hal yang agung dan atau besar. Karena itu Ka’bah dinamai baitullåh. Peringkat manusia yang mulia adalah åbdullåh. Di sisi lain Allah Mahabaik, tentara-Nya melakukan hal-hal yang baik bukan yang buruk.
Penyakit adalah sesuatu yang buruk. Itu sebabnya Nabi Ayyub a.s. berucap dan melukiskan penyakit yang dideritanya dengan “setan” sebagaimana diabadikan oleh Al-Quran:
مَسَّنِىَ ٱلشَّيْطَـٰنُ بِنُصْبٍۢ وَعَذَابٍ
Setan telah menyentuh aku dengan suatu (penyakit) yang melelahkan lagi menyiksa (QS. Shad [38]: 41).
Memang sejak dahulu orang memahami kata “setan” dalam arti sosok makhluk halus yang, di samping menggoda dan merayu manusia, juga menyakiti dan mengganggunya. Origenes (185-283 M), salah seorang agamawan dan filsuf kenamaan abad ke-3 yang lahir di Alexandria, Mesir, dan dikenal sangat kuat keberagamaan Kristennya berpendapat bahwa gangguan setan dapat berupa penyakit yang ditimpakan setan kepada seseorang atau wabah penyakit yang melanda masyarakat.
Dari Al-Quran juga ditemukan ayat-ayat yang dipahami oleh sementara ulama dengan pemahaman serupa. Nabi Muhammad saw. diperintah Allah untuk merenungkan ucapan Nabi Ayyub a.s.. yang ditimpa penyakit yang parah. Allah berfirman:
وَٱذْكُرْ عَبْدَنَآ أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلشَّيْطَـٰنُ بِنُصْبٍۢ وَعَذَابٍ
Dan renungkanlah hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya: “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan (penyakit) dan siksaan (rasa sakit)” (QS. Shad/38: 41).
Gangguan setan berupa penyakit ditemukan juga dalam hadits Nabi saw, antara lain sabda beliau;
الطاعون وخز أعداءكم من الجن
Wabah penyakit Tha’un merupakan tusukan musuh-musuh kamu dari jenis jin (makhluk yang tersembunyi/setan) (HR. Ahmad dan Ibn Abi Addunya).
Hadis ini mengisyaratkan bahwa penyakit dapat diakibatkan oleh jin yang merupakan makhluk halus tersembunyi antara lain apa yang kita kenal sekarang dengan nama virus dan kuman-kuman. Pengertian di atas dikukuhkan juga dengan memahami surat yang dikirim oleh Sayyidina Umar ra. yang antara lain menyatakan:
أما بعد فاطبخوا شرابكم حتى يذهب نصيب الشيطان
Masaklah minumanmu agar terhindar darinya bagian (ulah setan), yakni kuman-kuman yang dapat mengakibatkan penyakit.
Virus corona baru penyebab Covid-19 bukanlah tentara Allah. Kalau dia tentara Allah maka tidaklah wajar kita membasminya, karena jika demikian, kita memerangi Allah bahkan kalau pun berusaha memeranginya, kita pasti dikalahkannya. Bukankah Allah berfirman:
وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ ٱلْغَـٰلِبُونَ
Dan sesungguhnya tentara Kami pastilah menang (QS. as-Shaffat/37: 173)
Kalau memang virus itu adalah tentara Allah maka dia pasti akan merajalela berdasar janji Allah di atas. Para pejuang yang menghadapinya khususnya para dokter dan para medis dapat dinilai musuh. pandangan ini akan melemahkan mereka. Tidak! Para dokter dan para medis bukan musuh. Virus ini adalah “setan” yang Allah perintahkan untuk dimusuhi dan diperangi karena itu yang gugur akibat virus ini diharapkan menjadi syuhada di sisi Allah Swt. Wallahu a’lam.
Sumber: M. Quraish Shihab. Corona Ujian Tuhan: Sikap Manusia Menghadapinya. Editor, Mutimmatun Nadhifah. Tangerang : PT. Lentera Hati, 2020. H. 57-64.