Mengembalikan Gerakan Intelektualisme Islam (5)
Oleh: Dr. (HC) KH. Husein Muhammad
(Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan)
Merumuskan Kembali metodologi keilmuan Islam
Kerangka berfikir dan metodologi klasik yang tekstualistik dan mengalami proses mistifikasi seperti itu, bagaimanapun untuk masa kini tampaknya tidak lagi diharapkan mampu memberikan jawaban pemecahan atas berbagai persoalan kehidupan yang senantiasa berjalan bersama dengan proses perubahan kehidupan yang terus bergulir. Realitas yang tak terbantahkan menunjukkan bahwa produk-produk pemikiran tradisional kaum muslimin tidak mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Ada beberapa pertanyaan publik yang menyentak telinga dan mengguncang dada kaum muslimin tetapi juga realistis. Antara lain pernah dilontarkan Amir Syakib Arslan, seorang penulis, sastrawan dan pemikir:
لماذا تاخر المسلمون وتقدم غيرهم
“Mengapa kaum muslimin mundur dan mengapa selain mereka maju”.
Kata-kata ini masih terus terngiang-ngiyang di telinga saya dan saya mengatakan sendiri : iya ya, kita adalah konsumen peradaban hari ini. Dan mereka adalah produsen.
Abduh, pembaru terkenal dari Mesir, pernah mengatakan saat pulang kembali ke tanah airnya dari Perancis :
رايت الاسلام ولم ار المسلمين
Di sana aku melihat Islam, tetapi tidak melihat kaum muslimin.
رايت المسلمين ولم ار الاسلام
Di sini aku melihat kaum muslimin, tetapi tidak melihat Islam”.
Saya juga bergumam sendiri : Iya ya. Bagaimana ya, kata Nabi :”seorang muslim ialah orang yang keberadaannya membuat orang lain merasa nyaman, tanpa terganggu oleh lidah dan tangannya”, tetapi kita sering tidak begitu.
Jauh sebelumnya, Rifaah Rafi al-Tahtawi seorang intelektual modern sambil mengkritik sekulerisme Barat, dia juga menyerukan pembaruan pemikiran Islam yang telah kelam atau dalam bahasa populer Kontekstualisasi Fikih. Ia mengkritik diskriminasi gender seraya menyerukan kesetaraan dan keadilan gender.
Saya pernah menyampaikan pertanyaan : Di mana saja kah, negara di dunia ini yang masuk dalam katagori “welfare state”, negara sejahtera?. Adakah negara yg penduduknya mayoritas muslim, masuk dlm katagori itu?.
Bersambung
Sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10222691107322104&id=1106288500