Oleh: Prof. Dr. Ali Jum’ah Muhammad Abd al-Wahhab
(Ulama Besar Al-Azhar Kairo/Mufti Mesir tahun 2003-2013)
Toleransi kasih sayang, dan berlomba dalam kebaikan merupakan beberapa sifat menonjol setiap Muslim pada bulan Ramadhan. Pertanyaannya: mengapa nilai-nilai mulia itu tidak berlanjut di luar Ramadhan?
Sebagian orang memang ada yang menyangka bahwa ritual-ritual ibadah Ramadhan terbatas hanya pada bulan itu saja. padahal, Allah swt mrahasiakan delapan rahasia didalam delapan hal. Seperti kata-kata orang bijak, Allah merahasiakan (1) kepastian untuk memotivasi kita supaya meningkatkan ibadah mereka pada sepuluh hari itu atau, paling tidak, pada malam-malam ganjilnya; (2) nama yang mana merupakan nama teragung-Nya (al-ism al-a’zham) dari sekian banyak nama-nama-Nya yang terbaik (al-asma’ al-husna’) untuk mendorong agar kita menyebut semua nama-Nya ketika kita berdoa dan memohon kepada-Nya; (3) kapan persisnya saat-saat dikabulkan doa pada sepertiga terakhir setiap malam; (4) yang mana persisnya sebagai as-sab’mal-matsani’ dalam al-Qur’an; (5) apa sebenarnya maksud ash-shalat al-wustha’ dalam al-Qur’an; (6) kapan persisnya sa’at al-ijabah (Waktu dikabulaknnya doa) pada hari Jumat; (7) merahasiakan apa yang dimaksud dengan dosa besar diantara dosa-dosa yang lain; dan (8) siapa sebenarnya wali Allah diantara masyarakat awam, agar tidak tidak ada orang yang menghina orang lain.
Dari situlah kemudian muncul sikap kasih sayang, toleransi, saling cinta. Tidak ada oran yang merasa sombong telah melakukan suatu ibadah tertentu. Jika kita cermati semua itu akan tampak bahwa lailatul qadr-lah yang benar-benar spesifik pada bulan Ramadhan dimana orang termotivasi untuk membaca al-Qur’an, melakukan shalat sunnah, berzikir, atau melakukan ibadah apa saja.
Setiap Muslim hendaknya menyadari bahwa Allah swt. selalu dan tetap ada setelah Ramadhan, Jika Ramadhan berlalu, Allah tidak pernah berlalu. Dia tetap hidup dan tidak akan pernah mati.oleh karena itu, umat islam harus kembali kepada Allah dengan bermunajat dan berdoa memohon agar kita diselamatkan dari fitnah perpecahan yang mulai menimpa umat ini. Beginilah kondisi umat saat ini, banyak ditimpa musibah, menjadi seperti makanan yang diperebutkan orang, sebuah kondisi yang menjadikan seorang santun pun menjadi heran.
Sumber: Syaikh Ali Jum’ah Menjawab 99 Soal Keislaman: Menyorot Problematika Fiqih Ibadah, Fiqih Muamalah, Hingga Fiqih Kedokteran dan Sains. Penyadur: Muhammad Arifin, Penyunting: Faiq Ihsan Anshari, Tangerang: Lentera Hati: Cetakan I, 2014. Hal. 83-84.