Oleh: Prof. Dr. Ali Jum’ah Muhammad Abd al-Wahhab
(Ulama Besar Al-Azhar Kairo/Mufti Mesir tahun 2003-2013)
Dalam Hadis yang diriwayatkan dari ‘Aisyah ra. Disebutkan bahwa suatu ketika dia berkata kepada Rasulullah saw. “ wahai Rasulullah! Jika saya mendapatkan lalatul qadar, doa apa yang harus saya baca? Beliau menjawab, ”Ucapkan Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibb al-‘afwa fa’fu ‘anni. ”[1]
Itu artinya mungkin saja seorang merasakan kehadiran lailatul qadar. Hadis tersebut berbicara bahwa Sayyidah ‘Aisyah ra. boleh jadi mengalaminya. Mengalami lailatul qadar berarti merasakan bahwa malam itu diduga kuat sebagai lailatul qadar atau bahkan benar-benar lailatul qadar. Bagaimana ‘Aisyah ra. merasakan lailatul qadar? Bisa saja melalui kesiapan hati, bisa melalui mimpi jika dia sedang tidur, bisa juga melalui pemberitahuan malaikat atau bentuk-bentuk lain. Dan pemberitahuan malaikat seperti itu bukan sesuatu yang mustahil. Imam Bukhori meriwayatkan bahwa malaikat mendatangi ‘Ubadah ibn ash-Shamit dan mengucap salam kepadanya sampai Ubadah.[2]
Sekali lagi, mungkin–mungkin saja seorang Muslim merasakan kehadiran lailatul qadar. Akan tetapi, meskipun seseorang boleh jadi merasakan tanda-tanda kehadiran lailatul qadar, dia tidak boleh memastikan bahwa malam itu adalah pasti lailatul qadar. Sebab, kondisi kejiwaan yang dia rasakan ketika itu bisa terjadi pada lailatul qadar dan pada malam-malam biasa. Yang penting bukan memastikan bahwa malam itu adalah lailatul qadar. Adalah penting memanfaatkan nuansa batin dan “aroma” lailatul qadar itu. Malam yang penuh keagungan. Malam di mana seseorang menemukan dirinya, menemukan makna hidup. Oleh karena itu, malam itu harus dimanfaatkan dengan berdoa.
Mengenai pendapat bahwa lailatul qadar terjadi pada malam ke-27 Ramadhan, memang ada sebagian sahabat Nabi saw. yang mengatakan demikian. Diriwayatkan dari Mua’wiyah bin Abi Sufyan, dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda tentang lailatul qadar, “ Lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh.”
Sebagian ulama dan ahli ibadah berpendapat bahwa lailatul qadar terjadi pada malam Jumat terakhir, yakni malam Jumat ganjil. Itu artinya, lailatul qadar bisa berbeda-beda mengikuti perbedaan penentuan awal ramadhan. Bisa saja terjadi pada malam 25, bisa malam 27, bisa juga malam 21. Nabi saw. sendiri berusaha pernah “mencari” lailatul qadar pada sepuluh malam pertengahan, pernah juga pada sepuluh malam terakhir, seperti diriwayatkan oleh Imam Muslim. Atas dasar riwayat inilah mengapa ada ulama yang mengatakan bahwa lailatul qadar terjadi pada malam 17 atau 19 Ramadhan.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri ra. bahwa ia berkata, “Rasulullah saw. beriktikaf pada sepuluh malam pertama Ramadhan, kemudian pada sepuluh malam pertengahan Ramadhan di kubah Turki yang terdapat tikarnya. Rasulullah mengambil tikar dengan tangannya dan meletakkannya ke arah kubah. Kemudian, beliau menampakkan kepalanya dan berbicara kepada orang-orang, lalu mereka mendekat kepadanya. Beliau bersabda, ‘sungguh, saya beriktikaf pada sepuluh malam pertama mencari malam ini (yakni lailatul qadar), kemudian aku berikitikaf pada sepuluh malam pertengahan. Setelah itu aku didatangi (oleh malaikat) dan dikatakan kepadaku bahwa lailatul qadar ada di sepuluh malam terakhir. Maka, barang siapa di antara kamu ada yang mau beriktikaf, silahkan beriktikaf.’ Orang-orang pun beriktikaf bersama beliau.
Atas dasar itu, tujuan dari lailatul qadar adalah memotivasi seorang Muslim unutuk beribadah. Oleh karena itu, kita jangan sampai kehilangan tujuan ini. Begitu kita merasakan sesuatu, segeralah memanfaatkan waktu untuk berdoa kepada Allah. Dan doa kita untuk umat, untuk pembebasan kota al-Quds Palestina dan Mengembalikan Masjidil Aqsa.
[1] Diriwayatkan oleh Said bin Manshu di dalam Sunan-nya, Vol.III, hal 837 dari Abu Ubaidah dengan sanad yang lemah
[2] Diriwayatkan oleh Ibn Majah dalam Bab Berdoa Memohon maaf dan Kesehatan (385), dan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, Vol.VI, hal.171
Sumber: Syaikh Ali Jum’ah Menjawab 99 Soal Keislaman: Menyorot Problematika Fiqih Ibadah, Fiqih Muamalah, Hingga Fiqih Kedokteran dan Sains. Penyadur: Muhammad Arifin, Penyunting: Faiq Ihsan Anshari, Tangerang: Lentera Hati: Cetakan I, 2014. Hal. 98-100.
https://afsgsdsdbfdshdfhdfncvngcjgfjghvghcgvv.com
Does anyone know Venom Vape Shop vaping shop located in 2971 SE 73rd Ave sells e-juice manufactured by True Flavors by Brewell? I have emailed them at
Can someone recommend Wand Massagers and Attachments? Cheers xxx