Oleh: Prof. Sumanto Al Qurtuby, Ph.D. (Profil)
Profesor Antropologi Agama King Fahd University-Arab Saudi
Tahukah Anda bahwa “jenggot”, baik jenggot ideologis, relijiyes, maupun sekuler, memiliki sejarah dan tafsir yang beragam? Berjenggot panjang menjuntai bukan hanya monopoli dan menjadi tradisi kelompok Muslim salafi saja tetapi juga Yahudi salafi, Kristen salafi, sekuler salafi, dlsb.
Ternyata dalam studi perjenggotan, ada sejumlah tafsir tentang jenggot ini. Misalnya, jenggot, bagi kaum agamis-ortodoks, bukan hanya sekedar lambang relijiusitas atau kesalehan semata tetapi juga identitas kelompok (misalnya keyahudian, kekristenan, keislaman, dlsb).
Konon juga diriwayatkan, Nabi menyerukan kaum Muslim untuk memanjangkan jenggot & mencukur kumis waktu itu sebagai pembeda antara pengikutnya dengan golongan lain yang berjenggot dan berkumis supaya mudah untuk mengidentifikasi “in group” dan “out group”.
Jenggot juga menjadi lambang ekspresi kepolitikan. Yang menarik lagi, jenggot juga ternyata bisa menjadi “medium pemersatu” Yahudi-Kristen-Muslim di Palestina. Foto di bawah ini adalah salah satu tokoh Kristen Ortodoks Koptik di Yarusalem.
Jenggot yang menjuntai juga dianggap sebagai lambang “protes budaya” atas tradisi kaum pagan yang hobi mencukur jenggot. Ini pendapat Rabbi Moses bin Maimon.
Yang lain, seperti kelompok Yahudi Hasidi, beranggapan jenggot yang subur-lebat sebagai simbol kehidupan, rahmat dan keagungan Tuhan.
Ada pula yang bilang jenggot sebagai pengimbang antara otak (dunia intelektual) dan hati (dunia spiritual).
Ada juga (misalnya Muslim ortodoks salafi/wahabi) yang menganggap berjenggot dalam rangka untuk mengikuti kebiasaan atau “sunah rasul” (yang dimaksud tentu saja Rasul Muhammad bukan Rasul Paulus🙊).
Yang lain lagi menganggap berjenggot supaya malaikat bisa leluasa bergelantungan wik wik😱.
Pokoknya banyak deh. Itu baru jenggot belum yang “jenglot”…😁
Blora, Jawa Tengah
Sumber: https://www.facebook.com/Bungmanto