Oleh: Ayang Utriza Yakin, DEA., Ph. D. (Profil)
MA Hukum Islam (Visiting Student) di Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Kairo (2001-2002)/Visiting Research Fellow di Oxford Centre for Islamic Studies (OXCIS), University of Oxford, Inggris (2012)/Visiting Fellow di Islamic Legal Studies Program (ILSP), Harvard Law School, Harvard University, Amerika Serikat (2013)/Postdoctoral Fellow di University of Louvain, Belgium (2016-2020)/Wakil Ketua LTM-PBNU (2015-2020)/Direktur Indonesian Sharia Watch
Karya-karya Jalaluddin Rumi menyebar ke hampir seantero dunia yang dapat dijumpai dalam berbagai bahasa. Tak terkecuali Indonesia. Ajaran tasawuf akhlak Rumi sampai ke tanah Jawa yang ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Jawa dan masih dalam bentuk tulisan tangan (manuskrip/naskah). Hampir semua naskah Rumi dalam bahasa Jawa dikenal dengan nama Naskah Syamsu Tabriz, nama dari guru Rumi.
Inventarisasi sementara terhadap naskah Jawa Syamsu Tabriz diketemukan kurang lebih 9 naskah yang membuat teks Syamsu Tabriz. Naskah-naskah tersebut tersebar di beberapa tempat, yaitu di Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, dan bahkan di luar negeri, yaitu di London (Inggeris) dan Leiden (Belanda).
Surakarta
Di Surakarta, diketemukan 2 naskah Syamsu Tabriz. Nikolaus Girardet (1983) mencatat 2 naskah Syamsu Tabriz di Perpustakaan Kraton Surakarta yang ditulis tangan tahun 1885. Pertama, satu teks berjudul Suluk Seh Samsu Tubarij yang terdapat dalam satu naskah berisi kumpulan beberapa teks suluk berkode 13055 (380 ra). Naskah berukuran 16 x 20 cm dengan format teks berukuran 12 x 15,5 cm, berjumlah 53 halaman, 11 baris setiap halamannya, dan teks ditulis dengan aksara Jawa. Teks ini berisi tentang mistisisme Jawa yang menjelaskan cara meditasi dan hakikat hidup berdasarkan batin dan rohani.
Naskah yang kedua berjudul Serat Suluk Kutub berkode 13065 (393 ra). Naskah berukuran 16,5 x 20 cm dengan format tulisan 12 x 15 cm, berjumlah 110 halaman, setiap halamannya terdapat 10 baris, dan teks ditulis dengan aksara Jawa. Isi naskah berisi diskusi antara Seh Samsutabarit dengan Maulana Ngerum yang berlangsung di Arab mengenai Islam dan Tasawuf. Ngerum di sini tak lain adalah bentuk pelafalan lokal dari kata Rumi, dan tentu yang dimaksud adalah Jalaluddin Rumi.
Jogjakarta
Di Jogjakarta, diketemukan 3 naskah Syamsu Tabriz, yaitu di Perpustakaan Sonobudoyo. T.E. Behrend (1990) mencatat 2 naskah dan Girardet mencatat 1 naskah. Saya telah memeriksa langsung ke Perpustakaan Sonobudoyo, tetapi sayang naskah tidak dapat ditelaah karena ruang manuskrip sedang dipugar. Naskah-naskah yang ada di Sonobudoyo adalah:
Pertama, naskah berjudul Serat Suluk Warna-Warni berkode P 35 (PB A.263). Naskah ini terdiri dari sepuluh teks dan dua teks lain yang ditulis menyambung. Naskah berjumlah 58 halaman, dalam bahasa Jawa dengan aksara Jawa dalam bentuk tembang macapat. Teks Syamsu Tabriz yang berjumlah 7 halaman ada pada urutan ketiga dengan judul Suluk Seh Samsutabarit dan terdapat pada halaman 17-24. Naskah diperkirakan berasal dari paruh pertama abad XIX.
Kedua, naskah berjudul Serat Suluk Warna-Warni berkode P 172 (PB A.86). Naskah ini memuat 12 teks piwulang dan suluk, antara lain teks Syamsu Tabriz yang hanya berjumlah 6 halaman dengan judul Suluk Seh Samsutabarit paben kaliyan Maolana Kaji Rum yang terdapat pada halaman 16-22. Naskah berjumlah 54 halaman, ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Jawa dalam bentuk tembang macapat. Naskah disalin sekitar awal abad XX.
Girardet mencatat 1 naskah lagi yang memuat teks Syamsu Tabriz di Perpustakaan Sonobudoyo, Jogjakarta. Naskah berjudul Bundhel Wirid dengan kode 68570 (PB A 104). Naskah berukuran 20 x 32,5 cm dengan format tulisan 15 x 26,5 cm dan berjumlah 254 halaman dengan 21-26 baris setiap halamannya. Naskah ini memuat tiga teks suluk, antara lain teks Seh Samsutabarit yang berisi ajaran-ajarannya.
Jakarta
Di Jakarta, diketemukan 3 naskah yang memuat teks Syamsu Tabriz seperti diperikan oleh T.E. Behrend dan Titik Pudjiastuti (1997) dan telah saya periksa sendiri di ruang manuskrip Perpustakaan FIB UI:
Pertama, naskah berjudul Pamejangipun Sunan Giri Kedhaton dengan kode A 27.01. Naskah ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara latin dalam tembang macapat Dandanggoela di atas kertas HVS dan berjumlah 56 halaman dengan 32 baris setiap halamannya. Naskah berukuran 34,8 x 22 cm. Naskah ini memuat 11 teks, antara lain teks Syamsu Tabriz yang terdapat pada urutan kelima. Teks tersebut berjudul Suluk Seh Samsutabarit paben kaliyan Maolana Kaji Rum, hanya berjumlah 4 lembar, yang terdapat pada halaman 23-27. Naskah ini adalah naskah hasil alihaksara oleh lembaga Panti Boedaya pada Mei 1932 oleh Dr. H. Kraemer. Teks ini berisi, antara lain, tentang ajaran melawan tipu muslihat iblis dan setan dalam memperdayai manusia, dan, secara umum, teks berisi ajaran akhlak dan budi pekerti.
Naskah kedua berjudul Suluk Warna-Warni dengan kode NR 97. Naskah yang memuat 18 teks ini berukuran 21,2 x 17,3 cm dan berjumlah 247 halaman dengan 15 baris pada setiap halamannya. Naskah ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Jawa dalam tembang macapat di atas kertas Eropa. Naskah ini adalah hasil pembelian Th.Pigeaud pada Juli 1930. Dari ke-18 teks tersebut, teks Syamsu Tabriz berada pada urutan keempat yang terdapat pada halaman 56-72 dengan judul Samsu Tabarit. (Lihat foto 1376)
Naskah ketiga berjudul Babad Nitik Sinuhun Bangun Tapa, Serat Suluk, Serat Pambekaning Para Nata dengan kode NR 105. Naskah ini terdiri dari 3 kumpulan teks sesuai dengan judul naskah. Naskah ini berukuran 34,5 x 21,5 cm ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Jawa di atas kertas bergaris. Naskah berjumlah 533 halaman dan terdapat 21 baris setiap halamannya. Salah satu dari 2 kumpulan teks itu adalah Serat Suluk yang memuat 18 teks suluk. Salah satu dari 18 teks itu adalah teks Syamsu Tabriz dengan judul Suluk Samsu Tabarit yang terdapat pada halaman 160-167. Naskah ini merupakan hasil pembelian Th. Pigeaud pada tahun 1930. (Lihat foto 1377)
London
M.C. Ricklefs dan P. Voorhoeve (1977) mencatat 1 naskah yang memuat teks Syamsu Tabriz di London yang terdapat di India Office Library. Naskah berkode Arab 2446 (Loth 1047) ini merupakan kumpulan dari sekian banyak teks berjumlah 336 halaman yang terbagi menjadi 2 kumpulan teks (halaman 1-124 dan halaman 125-336). Naskah ini ditulis di atas kertas Eropa berukuran 24,5 x 19 cm. Teks Syamsu Tabriz termasuk ke dalam kumpulan kedua (halaman 125-336) yang memuat beragam teks suluk. Pada kumpulan kedua ini, teks ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab atau yang lebih dikenal dengan istilah pegon. Teks Syamsu Tabriz berjudul Caritanira Seh Samsu Tabarez (dan Molana Rom) dan terdapat di halaman 160-168. Menurut Ricklefs dan Voorhoeve bahwa mikrofilm dari naskah ini terdapat di Perpustakaan Universitas Leiden dengan kode FOr. A 75.
Ikhtitam
9 teks Syamsu Tabriz dalam 9 naskah yang berbeda secara umum memuat ajaran-ajaran tasawuf Islam tentang akhlak dan budi pekerti untuk menjadi manusia yang sempurna. Semua teks ini memuat pendidikan akhlak. Sayangnya, hingga kini belum ada kajian universitas yang mendalam terhadap karya-karya Rumi berbahasa Jawa. Tulisan kecil ini, semoga dapat menggugah para sarjana sejarah, filologi, dan budaya Jawa untuk lebih memerhatikannya lagi akan kekayaan khazanah Jawa.
Sumber: https://www.facebook.com/autriza/posts/3395843260441630
https://afsgsdsdbfdshdfhdfncvngcjgfjghvghcgvv.com
https://afsgsdsdbfdshdfhdfncvngcjgfjghvghcgvv.com