Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. (Profil)
Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ
Pertanyaan:
Apa kandungan makna kata Aatuu al-Zakaah?
Jawaban:
Kata yang digunakan al-Qur’an untuk memerintahkan kewajiban zakat atau sedekah adalah kata aatuu yang terambil dari akar al-atw. Dari sini kemudian Anda temukan perintah mengeluarkan zakat berbunyi: aatuu az-zakaah, atau …aatuuhum min maal Allaah alladzii aataakum…/…Berikanlah kepada mereka dari harta Allah yang teah diberikannya kepadamu…(QS. an-Nur/24: 33).
Menurut pakar bahasa Al-Qur’an, ar-Raghib al-Asfahani, kata ini pada mulanya berarti “kedatangan dengan mudah” Dalam kamusnya, al-Fayruzzabadi menjelaskan sekian banyak maknanya. Di antara maknanya adalah bersikap jujur dan taat asas (istiqamah), pelaksanaan secara sempurna, memudahkan jalan, mengantar, seorang agung lagi bijaksana, dan lain-lain.
Dari makna-makna itu, Anda dapat melihat apa yang seharusnya dilakukan oleh sang pemberi dan bagaimana semestinya sikap kejiwaannya ketika memberi. Anda jangan lupa bahwa pemberian itu disebut sedekah (shadaqah), yang berari kebenaran, kesungguhan, dan ketulusan, sehingga hasilnya adalah zakat yang berarti kesucian hati dan harta, dan pengembangannya.
Dapat juga ditambahkan bahwa az-Zarkasyi, dalam kitabnya al-Burhan fi ‘Uluum al-Qur’aan, mengutip pendapat al-Juwayni yang menyatakan bahwa kata aatuu tidak dapat diungkapkan dampak dan akibatnya dengan menggunakan akar katanya, atau dalam istilah tata bahasa, ia tidak memiliki muthawa’ah, yang berbeda dari kata a’thaa yang juga berarti memberi, seperti terdapat dalam QS. al-Najm/53: 34. Ini memberi kesan bahwa sesuatu yang diberikan hendaknya adalah sesuatu yang agung lagi besar.
Memang, jika Anda membuka lembaran al-Qur’an, maka anda menemukan pemberian yang diinformasikan dengan kata aatuu dalam berbagai bentuknya merupakan hal-hal agung lagi mulia, seperti misalnya kerajaan (QS. Ali ‘Imraan/3: 26), hikmah (QS. al-Baqarah/2: 269), al-Fatihah dan al-Qur’an (QS. al-Hijr/15: 87).
Demikian, Wallahu A’lam.
Sumber: M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, 2008) h. 203-204.