Panrita.id

Umrah, Haji, dan Saudi

Oleh: Prof. Sumanto Al Qurtuby, Ph.D. (Profil)

Profesor Antropologi Agama King Fahd University-Arab Saudi

Anda mungkin mengira, karena Makah dan Madinah berada di Arab Saudi, terus secara otomatis semua orang Saudi (yang dewasa tentunya) sudah berhaji dan berumrah atau bolak-balik haji dan umrah. Dugaan Anda ini keliru. Banyak warga Saudi dewasa yang belum pernah hajian dan umrahan (meskipun tentu saja banyak juga yang sudah).

Informasi ini saya dapat dari warga Saudi sendiri, baik mahasiswa maupun kolegaku. Sering saya bertanya di kelas: siapa di antara kalian yang sudah berhaji? Cuma segelintir saja yang ngacung. Terus siapa yang pernah umrah?. Beberapa kolega Saudiku, meskipun sudah beranak-pinak, juga belum hajian.

Waktu saya habis hajian beberapa tahun lalu, kolega Saudiku bertanya: “Duktur, kenapa kepalamu gundul?” “Saya habis hajian”, jawabku singkat. Biasanya (meskipun tidak selalu dan tidak harus), orang sehabis hajian rambutnya digundul (ada juga yang cuma dipotong beberapa helai rambut sebagai syarat saja). Dia segera menimpali: “Oh, al-hajj mabrur mabruk”.

Saya pun gantian iseng tanya ke dia. “Ngemeng-ngemeng, enteh kapan hajiannya?”. Sambil terkekeh dia jawab: “Saya belum hajian”. Sambil (pura-pura) menyelikidi, saya tanya “kenapa?” Dia jawabnya enteng saja: “Entar saja kalau sudah tua, malas panas, penuh-sesak orang.”

Memang ada banyak alasan kenapa warga Saudi tidak atau belum kunjung berhaji, meskipun sudah memenuhi syarat. Ada yang alasan belum punya uang cukup (khususnya bagi pemuda / mahasiswa yang belum bekerja / mendapatkan penghasilan cukup). Alasan lain karena malas, panas, sumpek penuh lautan manusia, dlsb.

Meskipun warga Saudi, mereka harus membayar kalau mau berhaji. Sama seperti warga non-Saudi yang tinggal di Saudi (warga ekspat seperti dirikuh). Biaya haji bermacam-macam. Ada yang murah, ada yang mahal dikit, ada pula yang supermahal. Tergantung paket yang Anda pilih. Harga menentukan fasilitas dan pelayanan.

Kalau bayarnya mahal, nanti ke Makahnya naik pesawat, tinggal di hotel-hotel kece dekat Masjid Haram, tendanya juga keren lengkap dengan kasur lumayan dan full AC dilengkapi dengan toilet yang sangat representatif. Makan-minumnya? Jangan ditanya kalau soal ini myman. Pokoknya leb-godes lah. Komplit-plit. Warteg putus.

Nah, kalau bayarnya murah? Kalau bayarnya murah ya naik bus, tinggal di losmen ala kadarnya atau bahkan tidak sama sekali, tendanya panas tak ber-AC, tidur di tiker, toiletnya amburadul, makannya nasbung karet satu, minumnya air mineral gelas.

Yang semangat 45 berhaji dan berumrah itu warga non-Saudi yang tinggal di Saudi (dari India, Pakistan, Bangladesh, Indonesia, negara-negara Islam Aprikah, atau negara-negara Arab non-Saudi).

Sejak beberapa tahun lalu, pemerintah Saudi membatasi haji. Orang yang sudah berhaji (baik warga Saudi maupun ekspat) tidak boleh berhaji lagi selama 5 tahun. Aturan ini untuk memberi kesempatan atau prioritas bagi warga Saudi dan ekspat yang belum pernah hajian karena jatah / quota haji juga terbatas. Kalau umrah tidak dibatasi.

Bukan hanya hajian saja, umrahan juga begitu. Yang semangat umrahan sampai bolak-balik juga ekspat. Warga Saudi biasa-biasa saja. Kalaupun mereka kebetulan umrahan cuma beberapa jam saja. Kalau sudah selesai ya langsung balik rumah, tidak ngekos sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Jabal Dhahran, Jazirah Arabia

Sumber: https://web.facebook.com/Bungmanto/posts/10161869575940523