Panrita.id

Sintesis Irano-Semit dan Afro-Erasia

Oleh: Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA (Profil)

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta/Guru Besar Tafsir UIN Syarif Hidayatullah/Rektor Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an

DI tengah berkecamuknya perang dua negara adidaya, Romawi Byzantium di Barat dan Persia di Timur, tiba-tiba dunia dihentakkan dengan tampilnya sosok anak muda cerdas bernama Muhammad SAW. Inilah keuntungan sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam mengemban misi peradabannya.

Secara geopolitik ia berada di antara dua kekuatan raksasa yang berebut pengaruh di kawasan Timur Tengah saat itu, sementara negerinya bersih dari campur tangan kedua negara besar tersebut.

Persaingan yang sering diikuti peperangan di antara kedua negeri adidaya ini tak secara langsung melibatkan jazirah Arab karena mungkin keduanya tidak memperhitungkan kawasan ini sebagai daerah strategis. Selain jauh, terlalu luas, dan wilayahnya gersang, juga penduduknya terbelakang (badawa/tribal).

Secara geokultural, jazirah Arab berada di antara apa yang disebut Marshall GS Hodgson dalam The Venture of Islami Irano-Semit di Timur dan Afro-Erasia di Barat.

Meskipun berbeda kawasan dan latar belakang budaya, keduanya memiliki peradaban yang maju. Keduanya masing-masing memilki kawasan subur untuk pertanian dan peternakan meskipun tidak secara keseluruhan. Keduanya juga masing-masing mengembangkan tradisi perdagangan antarnegeri. Corak perkotaan dan cikal-bakal civil society menjadi ciri khas kedua negeri ini. Produk-pruduk andalan dan kerajinan wilayah masing-masing dipasarkan melalui tradisi perdagangan, baik melalui laut maupun lewat daratan.

Perkembangan kebudayaan dan peradaban kedua kawasan ini ikut membentuk wawasan Nabi Muhammad sebagai seorang anak muda-cerdas yang pernah melanglang buana membawa barang dagangan bosnya, Siti Khadijah, yang kemudian menjadi istrinya.

Tidak mengherankan ketika Nabi Muhammad SAW di-amanati menjadi pemimpin Madinah dengan mudah mengadakan hubungan diplomatik dan ekonomi dengan negeri-negeri tetangganya.

Surat-menyurat dan utusan misi-misi khusus yang dikirim Nabi ke berbagai pusat kerajaan dan pemerintahan dianggap salah satu faktor yang mendatangkan benefit, baik dalam kapasitasnya sebagai pemimpin politik di di Madinah (negeri muslim) maupun sebagai pemimpin spiritual (Islam).

Akar historis tradisi budaya dan peradaban Irano-Semit di Timur dan Afro-Erasia di Barat diakomodasi di dalam kepemimpinan Nabi. Pengiriman misi dagang, misi ilmu pengetahuan, misi politik, dan misi agama ke berbagai negara dilakukan untuk memperkaya sumber daya manusia yang andal dan kompetitif.

Sahabat-sahabat dekatnya di Madinah belakangan menjadi gubernur atau kepala pemerintahan di daerah yang baru diambil alih. Misalnya, Muawiyyah diangkat menjadi gubernur di Syiria, termasuk wilayahnya ialah Yordania, dan Amru bin Ash diangkat menjadi Gubernur Mesir.

Selain itu, Musa Al-Asy’ari diangkat menjadi Gubernur Kufah, Mu’adz bin Jabal diangkat menjadi Gubernur Yaman, Abu Hurairah diangkat menjadi Gubernur Bahrain.

Akulturasi dan enkulturasi budaya dan peradaban Irano-Semit dan Afro-Erasia menjadi salah satu faktor kekuatan budaya dan peradaban Islam. Namun, Islam tidak semata-mata meng-copy paste peradaban itu, tetapi Islam tetap menampilkan orisinalitasnya yang bercorak kosmologi teomorfis.

Orisinalitas peradaban Islam, sebagaimana yang akan dipaparkan dalam artikel-artikel mendatang, jelas sangat berbeda dengan produk-produk sebelumnya. Apalagi, produk-produk sains dan teknologi yang dirintis para ilmuan Islam jelas-jelas merupakan karya gemilang dan genuine Islam.

Disebut peradaban Islam karena unsur kosmologi Islam menjadi roh di dalam setiap budaya dan peradaban Islam. Dalam artikel terdahulu dijelaskan bahwa corak budaya dan peradaban Islam ialah Iqra’ bi ismi Rabbik, yang menggabungkan antara unsur rasio dan rasa (reason and intellect).

Budaya dan peradaban Islam tidak semata-mata mengedepankan aspek manusia dan kemanusiaan semata (antropocentris), tetapi tak terpisahkan dengan Sang Maha Pencipta (teopmorfis). Inilah nilai distingtif kebudayaan dan peradaban Islam yang sulit ditemukan padanannya dalam agama-agama lain.

Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/235151-sintesis-irano-semit-dan-afro-erasia