Panrita.id

Membaca Al-Qur’an Selama Bulan Ramadhan

Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. (Profil)

Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ

Pertanyaan:

Dalam masyarakat kita ada kebiasaan positif selama Ramadhan untuk membaca Al-Qur’an sampai malam. Apakah selama sebulan penuh itu seorang mukmin diharuskan menghabiskan bacaan surah-surah yang ada di dalam Al-Qur’an?

Jawaban:

Membaca Al-Qur’an dianjurkan kapan saja dan sesuai kemampuan manusia. Tidak ada kewajiban menyangkut hal ini, baik di bulan Ramadhan maupun selain bulan suci itu. Namun, ada anjuran agar setiap muslim membacanya: “Bacalah Al-Qur’an, karena dia akan tampil di hari kemudian menjadi pembela bagi pembacanya” (HR. Muslim melalui Abi Umamah). “Seorang yang tidak ada sesuatu dalam dirinya dari ayat Al-Qur’an adalah bagaikan rumah yang rongsok”. (HR. at-Tirmidzi, melalui Ibnu Abbas).

Seseorang tidak harus memaksa diri untuk menghabiskan bacaan al-Qur’an dalam sebulan Ramadhan. Allah pun menggarisbawahi perintah membacanya dengan “maa tayassara minhu”, yakni “apa yang mudah bagi kamu dari al-Qur’an” (QS. al-Muzzammil/73: 20). Tentu saja akan sangat baik bila seseorang dapat menyelesaikan bacaannya dari awal hingga akhir, karena itulah sunnah Nabi Muhammad saw. Diriwayatkan bahwa setiap tahun malaikat Jibril turun mendengarkan bacaan Nabi di bulan Ramadhan dan pada tahun terakhir kehidupan beliau, malaikat mulia itu turun dua kali untuk maksud tertentu. Namun, sekali lagi membaca sebanyak kemampuan tanpa memaksa dan memberatkan itulah yang terbaik, karena “Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu” (QS. al-Baqarah/2: 185). Memaksakan diri dapat menjadikan bacaan keliru serta tentu saja tidak mengantara kepada ke-khusyu-an, apalagi pemahaman maknanya.

Saya cenderung menganjurkan seseorang membaca al-Qur’an dan berusaha memahami pesan-pesannya, paling tidak sebagian dari apa yang telah dibacanya setiap hari. Para sahabat Nabi menyatakan bahwa: “Kami tidak pindah membaca satu bagian ayat ke bagian yang lain, sampai kami memahami artinya dan mengamalkan pesannya.” Yang buruk adalah yang tidak membacanya sama sekali dan menjadikan rumahnya tidak diterangi oleh al-Qur’an, dan tentu lebih buruk lagi siapa yang di dalam rumahnya tidak ada kitab suci itu. Demikian, Wallahu A’lam

Sumber: M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, 2008), h. 177-178.