Oleh: Allahu Yarham Prof. KH. Ali Mustafa Ya’qub, MA. (Profil)
Penerima Sanad Shahih Bukhari dan Shahih Muslim/Imam Besar Masjid Istiqlal ke-4/Pendiri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences
Pertanyaan:
Apakah diterima oleh Allah swt. puasa orang yang hatinya masih dendam dan dengki pada orang lain?
Jawaban:
Orang yang sedang berpuasa maupun tidak sedang berpuasa tidak boleh merasa dendam dan dengki terhadap orang lain. Karena dendam dan dengki termasuk perbuatan maksiat yang punya kaitan dengan yang orang lain. Oang yang berpuasa dan puasanya memenuhi syarat, insya Allah puasanya diterima oleh Allah, tetapi boleh jadi tidak mendapatkan pahala, atau minimal pahalanya dikurangi karena ia melakukan perbuatan maksiat, yaitu dendam atau dengki terhadap orang lain.
Ada sebuah Hadis Shahih riwayat Imam al-Bukhari dimana Nabi saw. bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ»
“Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang tidak mau meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka apabila ia berpuasa, puasanya tidak diperlukan (tidak diterima) oleh Allah.” (HR. al-Bukhari)
Maka perbuatan maksiat apa saja termasuk dendam, dengki dan dusta kepada orang lain harus ditinggalkan, baik ketika sedang berpuasa maupun tidak sedang berpuasa. Karena orang yang berbohong dan sebagainya, apabila ia berpuasa, puasanya tidak diterima oleh Allah swt. Wallahul Muwaffiq
https://afsgsdsdbfdshdfhdfncvngcjgfjghvghcgvv.com