Oleh: Allahu Yarham Prof. KH. Ali Mustafa Ya’qub, MA. (Profil)
Penerima Sanad Shahih Bukhari dan Shahih Muslim/Imam Besar Masjid Istiqlal ke-4/Pendiri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences
Pertanyaan:
Setelah berpuasa Ramadhan sebulan penuh, saya sebagai muslim kadang tidak merasa puas atau kurang mantap gara-gara lebaran hari raya Idul Fitri kok gak bisa bersamaan (berbeda-beda) antara pemerintah RI, ormas Islam dan aliran-aliran lain. Gimana ya cara memersatukannya biar kompak gitu loh Ustadz lebarannya ?
Jawaban:
Agar semua kelompok aliran Islam kompak dalam melaksanakan lebaran, maka semua kelompok tersebut harus patuh pada perintah al-Qur’an dan Hadis.
Al-Qur’an memerintahkan agar kita taat pada pemerintah, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan pengembalian paling baik.” (QS. al-Nisa/4: 59)
Berdasarkan Hadis Nabi, ketaatan kepada pemerintah itu selama kita tidak diperintahkan untuk bermaksiat.
“Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat, ketaatan hanya pada perkara kebaikan” (HR. al-Bukhari)
Oleh sebab itu, bila pemerintah (dalam hal ini Menteri Agama) memutuskan bahwa hari raya jatuh pada hari ini, maka menurut al-Qur’an, umat Islam wajib menaati keputusan tersebut.
Terjadinya perbedaan hari raya itu, karena ada kelompok yang mau mengikuti perintah al-Qur’an yaitu menaati keputusan pemerintah, sedangkan kelompok lain tidak mau menaati perintah al-Qur’an, tetapi lebih menaati egoisme kelompoknya masing-masing, maka terjadilah perbedaan lebaran itu. Wallahul Muwaffiq.
Sumber: Ali Mustafa Ya’qub, Ramadhan bersama Ali Mustafa Ya’qub (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), h. 75-77.