Panrita.id

Nabi Muhammad Lebih Modern

Oleh: Prof. M. Qasim Mathar

Guru Besar UIN Alauddin Makassar

Amat masyhur di kalangan kaum muslimin nasihat Rasul, Nabi Muhammad, agar orang tua mengajari anak-anaknya berkuda, memanah, dan berenang. Nasihat Rasul itu direkam dalam kitab Sahih Bukhari dan Muslim, dengan sabda Rasul yang artinya sebagai berikut: “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang, dan memanah”. Sudah banyak keterangan dikemukakan oleh para ahli dan ulama mengenai maksud dari sabda Rasul tersebut. Keterangan itu menekankan pada segi pembentukan pisik dan kesehatan anak, serta melatih pikiran anak untuk fokus terhadap sesuatu yang dihadapi.

Dengan berlatih dan mahir berkuda dan berenang, tubuh seseorang akan tumbuh baik dan kuat. Sedang kemahiran dalam memanah akan membiasakan seseorang untuk berkonsentrasi di dalam mengerjakan sesuatu. Masih banyak lagi keterangan lainnya dari para pakar dan ulama untuk menjelaskan maksud dari sabda Nabi tersebut. Ada juga yang mengemukakan pertanyaan, kenapa Rasul menyebut berenang padahal Madinah, kota Rasul tinggal, tidak ada sungai, danau, dan laut di sekitarnya? Kenapa pula Rasul menyuruh belajar menunggang kuda, bukan onta yang lebih banyak digunakan dan lebih kuat dibanding kuda, pada kondisi padang pasir yang panas? Pertanyaan demikian, boleh dijawab bahwa Rasul bertugas untuk seluruh manusia. Karena itu, pesan dan ajarannya tidak terbatas pada lingkup di mana Rasul bertugas, tetapi juga menjangkau semua wilayah di mana manusia hidup dan berkegiatan.

Pada zaman sekarang, akan terasa bahwa sabda Rasul itu melampau terlalu jauh dari zamannya. Ketika Rasul meminta para orang tua mendidik anak-anak mereka berkuda, berenang, dan memanah, Rasul tidak menyebut gender tertentu, misalnya anak laki-laki, saja. Itu artinya, anak-anak perempuan pun hendaknya dididik dengan hal-hal tersebut. Tentu tidak salah jika saya memahami bahwa karena dididik sejak masih anak-anak, termasuk anak perempuan, Rasul tentu sadar bahwa kelak akan ada perempuan dewasa yang mampu menunggang kuda dan berenang. Pada zaman sekarang, kita mengetahui banyak perempuan sebagai penunggang kuda dan perenang yang mahir dan terkenal.

Jika kuda dibawa kepada mobil yang fungsinya sama dengan kuda, yaitu kendaraan, maka jelaslah Arab Saudi ketinggalan empat belas abad, karena baru tahun 2017 yang lalu, perempuan dibolehkan menyetir mobil. Entah lucu atau bagaimana. Di Tanah Arab, Rasul mengarahkan anak-anak, termasuk anak perempuan untuk bisa berkendara (menyetir sendiri) kendaraannya (kuda), dan setelah berlalu empat belas abad, tahun 2017, sabda Rasul itu baru dilaksanakan di Arab.

Ada contoh lainnya. Meskipun ungkapan “Tuntutlah ilmu itu walau ke Cina” dinilai sebagai hadis yang lemah, ada sumber yang menyatakan bahwa orang Arab sudah mengenal Cina berperadaban tinggi sejak sebelum tahun 500 masehi. Selain mengenal Kekaisaran Bizantium dan Persia, Cina pun sudah dikenal melakukan peredaran dan pertukaran uang kertas dengan kedua kekaisaran yang besar dan kuat pada zaman itu. Jadi meskipun hadis di atas dinilai lemah, tidak mustahil Rasul pun sudah mengetahui tentang Cina dan kebesaran peradabannya. Sebab, kebesaran Cina sudah diselipkan pada ungkapan yang kemudian dikenal secara luas sebagai hadis. Artinya, orang Arab/muslim pada zaman itu sudah menghargai Cina karena ilmunya yang tinggi. Kenapa, ketika Cina pada zaman sekarang nyata-nyata menjadi satu kutub kekuatan dunia, orang muslim bersikap tidak ramah kepada Cina. Misalnya, dengan menyebarkan berbagai hoax tentang imigran Cina di Indonesia.

Jadi, ternyata Rasul dan kaum muslimin di masa lampau bersikap rasional dan lebih modern dari kaum muslimin di banyak negeri Islam kini. Mereka bersikap modern melampau masanya dan, bahkan, masa di mana kaum muslimin sekarang hidup.

Sumber: http://fajaronline.co.id/read/44251/nabi-muhammad-lebih-modern