Panrita.id

Dua Ormas Islam yang Tua

Oleh: Prof. M. Qasim Mathar

Guru Besar UIN Alauddin Makassar

Ada dua organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang lahir sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan tahun 1945. Kedua ormas itu adalah Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Muhammadiyah lahir pada 18 November 1912, puluhan tahun sebelum kita merdeka. NU lahir 31 Januari 1926. Juga sebelum kita merdeka.

Bersama dengan warga dan unsur bangsa lainnya, Muhammadiyah dan NU sudah berjuang untuk kemerdekaan Tanah Air. Pada masa-masa awal mempertahankan kemerdekaan dari rongrongan dan ancaman, baik dari penjajah yang masih ingin kembali berkuasa dan menjajah, maupun dari anasir-anasir di dalam negeri yang mengganggu pemerintahan baru yang sah, kedua ormas ini, tetap teguh mempertahankan kedaulatan Indonesia. Gerakan pemberontakan yang pernah terjadi dalam sejarah kebangsaan kita, seperti RMS (Republik Maluku Selatan), DI/TII (Darul Islam/Tentara Nasional Indonesia), yang ingin mengubah ideologi dan bentuk negara, tidak pernah menggoda Muhammadiyah dan NU untuk mendukung gerakan tersebut. Ketika NU dipimpin oleh K.H. Ahmad Sidiq, ormas tersebut menegaskan bahwa bentuk negara sebagai republik, sudah final, sudah selesai.

Bagi kedua ormas Islam ini dan ormas-ormas lainnya, kemerdekaan bangsa adalah anugerah Allah yang wajib disyukuri, dengan mengisinya dengan berbagai amal-amal kebaikan. “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku tambahkan padamu (anugerah). Jika kamu kafir (tidak bersyukur), sungguh azab-Ku pedih”, (Alquran).

Alangkah indahnya Muktamar Muhammadiyah di Makassar pada Juli 2015 mengusung tema “Islam Berkemajuan”, dan pada bulan berikutnya pada tahun yang sama, Muktamar NU di Jombang mengusung tema “Islam Nusantara”. Kedua muktamar saling sambung memberi isyarat bahwa Indonesia bisa maju bila didukung oleh warga negara yang ber-Islam berkemajuan yang bercorak Nusantara. Islam Nusantara adalah Islam yang moderat, tasamuh (toleransi), tawasuth (pertengahan). Islam Nusantara yang berkemajuan adalah Islam yang lembut, sejuk, yang merangkul sesama muslim yang bersyahadat, yang salat, yang berzakat, yang berpuasa di bulan Ramadan, yang berhaji jika mampu. bukan Islam yang mengafirkan dan menyesatkan sesama muslim.

“Begitulah, Kami jadikan kamu sebagai umat pertengahan, agar kamu menjadi saksi bagi (amal) manusia dan Rasul menjadi saksi atas (amal) kamu”, (Alquran).

Saat ini, kita tetap menjaga empat pilar utama bangsa: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dari perspektif keislaman, keempat pilar bangsa itu akan terjaga dari Islam yang berwajah lembut, santun. Bukan yang sangar, angker, keras, dan kasar.

“Maka berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka (manusia). Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Dan, bila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal”; (Alquran).

Berbahagialah bangsa ini karena memiliki kedua ormas tua dan terbesar ini: Muhammadiyah dan NU. Keduanya telah memberi teladan sebagai “umat pertengahan” di tengah-tengah kemajemukan bangsa. Juga, telah menunjukkan kesetiaan sejak sebelum kemerdekaan hingga hari ini. Tak kurang pentingnya, keduanya mengusung Islam yang damai, yang mengutamakan dialog musyawarah. Bukan Islam yang suka keributan dan yang gemar demo.

Sumber: http://fajaronline.co.id/read/62034/dua-ormas-islam-yang-tua