Panrita.id

Bukti Ibadah Puasa

Oleh: Prof. M. Qasim Mathar

Guru Besar UIN Alauddin Makassar

Sudah umum diketahui kalau tujuan ibadah puasa adalah pelakunya menjadi orang bertakwa. Pengertian orang bertakwa dalam kitab suci Alquran, di antaranya ialah: mereka yang percaya kepada yang gaib (Tuhan), menunaikan sembahyang (salat), mengeluarkan sebagian rezeki yang diperoleh untuk umum/pihak yang membutuhkan, beriman kepada wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad, dan yakin terhadap Akhirat (kehidupan sesudah mati).

Pada bagian lainnya, Alquran menjelaskan tentang orang bertakwa yaitu: mereka yang beramal sosial baik dalam keadaan lapang maupun sempit, mereka yang mampu menahan marah, mereka yang pemaaf (mau memaafkan manusia), mereka yang kalau melakukan kesalahan segera menyadarinya, dan mereka yang gemar melakukan kebaikan.

Sekiranya sifat atau ciri orang takwa sebagai yang dilukiskan oleh Alquran di atas, dan menjadi tujuan ibadah puasa. Maka setiap kali (tahun) ibadah puasa selesai dilakukan, akan meningkat kualitas masyarakat bangsa kita di mana ada warganya telah menunaikan ibadah puasa. Sehingga, jika ada pertanyaan: bagaimana pengaruh dan hasil ibadah puasa Ramadan, maka jawaban saya ialah, jadikan saja hal-hal yang disebutkan Alquran di atas sebagai indikator suksesnya ibadah puasa. Misalnya, keberimanan kepada Tuhan semakin tebal, kepedulian sosial semakin nyata, kemampuan kendali/disiplin diri semakin kuat, kebaikan-kebaikan semakin menyebar, sikap keridaan menerima keberbedaan agama-agama, dan seterusnya. Itulah tanda bahwa ibadah puasa memberi pengaruh positif.

Tidak perlu berbincang tentang salat tarawih, salat sunat lainnya, mengundang berbuka puasa (mungkin sampai dua tiga kali selama Ramadan), bersedekah (uang dan barang) kepada warga, beriktikaf di hari-hari akhir Ramadan, penantian keberkahan “Lailatul Qader” (Malam Penentuan), sampai melaksanakan acara “halal bihalal”, dan sebagainya, yang sudah dilakukan. Sebab, berhasilnya semua itu cukup diukur pada indikator ketakwaan sebagai yang diterangkan oleh Alquran. Tentu, ada rasa prihatin kita bila bisa direkam kembali wacana, tulisan, ucapan yang berlangsung di bulan puasa yang lalu, yang di antaranya bertolak belakang dengan ciri-ciri ketakwaan yang disebutkan oleh Alquran.

Keprihatinan kita makin dalam jika diingat bahwa wacana, tulisan, ucapan yang berlangsung di bulan puasa itu, yang mengandung kebencian dan permusuhan, yang berselisih dengan tujuan ibadah puasa, dilakukan oleh bukan orang awam. Tetapi oleh tokoh atau elite yang terkenal. Teganya….!

Jadi, sesungguhnya tidak terlalu sulit mengukur keberhasilan ibadah puasa. Setiap orang berpuasa bisa mengukur dirinya sendiri. Ukur saja diri kita masing-masing dengan kebertakwaan yang disebut Alquran. Kalau kita merasa belum cukup dekat kepada kebertakwaan versi Alquran itu, maka mungkin kita belum mendekati tujuan ibadah puasa. Kalau begitu, ibadah puasa kita, salat tarawih kita, sedekah kita, iktikaf kita, penantian kita akan berkah “Malam Qader”, dan sebagainya, boleh jadi hanya kesia-siaan belaka. Sebab, pengaruh positifnya kepada kehidupan masyarakat dan bangsa, buktinya masih nyaris nol, nihil. Tapi, semoga tidak!

Sumber: http://fajaronline.co.id/read/52153/bukti-ibadah-puasa