Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. (Profil)
Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ
Jumlah raka’at shalat tarawih yang dilakukan umat Islam sejak masa nabi dan sahabat-sahabat serta murid-murid sahabat berbeda-beda. Diriwayatkan bahwa Nabi saw. pada mulanya keluar ke masjid untuk melaksanakan shalat tarawih. Sahabat-sahabat beliau yang mengetahui tentang hal tersebut, mengikuti Nabi saw. Pada malam kedua jumlah mereka bertambah, dan pada malam ketiga jumlah jamaah semakin bertambah sampai-sampai memenuhi masjid. Malam keempat Rasul saw. tidak ke masjid hingga tiba waktu shalat subuh, kendati ketika itu para sahabat memberi isyarat kepada Nabi agar beliau keluar. Setelah shalat shubuh beliau menyampaikan bahwa “Aku mengetahui bahwa kalian mengharap aku keluar shalat, tetapi aku takut, shalat malam ini diwajibkan atas kamu lalu kamu tidak mampu (karena itu aku tidak keluar)”
Diriwayakan juga bahwa ketiga malam itu Nabi shalat 8 rakaat, kendati demikian, shalatnya cukup lama. Riwayat lain menyatakan bahwa sepulang beliau ke rumah, beliau melanjutkan shalat. Umar bin Khattab menjadikan shalat tarawih 20 rakaat. Tidak seorangpun sahabat keberatan atas jumlah ini. Tentu saja mereka memunyai alasan. Di banyak negeri Islam juga demikian, paling tidak dengan alasan bahwa Nabi saw. memerintahkan untuk mengikuti sunnah beliau dan sunnah Khulafaurrasyidin. Para sahabat yang tinggal di Mekkah ketika itu melakukan shalat tarawih dan setiap 4 rakaat mereka melakukan thawaf. Nah, di Mekkah, khususnya pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (111 H), beliau menganjurkan agar melaksanakan shalat 4 rakaat tambahan sebagai ganti thawaf itu, dan sejak itu di beberapa negeri Islam, shalat tarawih dilakukan sebanyak 32 rakaat.
Semua Insya Allah benar, karena masing-masing memiliki dasar pemikiran. Ulama juga memperkenalkan apa yang diistilahkan tanawwu’ al-‘ibaadah, yakni keragaman caa beribadah yang diajarkan/dipraktikan Nabi saw., kesemuanya benar, Insya Allah. Memang dalam rincian ibadah yang ditanyakan bukan “Berapa hasil penambahan 5 tambah 5” karena yang ini jawabannya hanya satu, yakni sepuluh, tetapi yang ditanyakan “Sepuluh hasil berapa ditambah berapa”. Anda tahu bahwa untuk ini sekian banyak jawaban yang benar. Demikian, wallahu a’lam.
Sumber: M. Quraish Shihab Menjawab: 1001 Soal KeIslaman yang Patut anda Ketahui. Cet.I; Jakarta: Lentera Hati, 2008, h. 86-87.