Bagaimana Islam Memandang ‘Kesurupan’?
Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. (Profil)
Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ
Banyak hadits bahkan ayat al-Qur’an yang dijadikan dasar oleh sebagian ulama untuk menguatkan apa yang dinamai kesurupan. Misalnya, firman-Nya, Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila (QS. al-Baqarah [2]: 275). Demikian juga QS. ‘Ali Imran [3]: 36. Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa seorang wanita datang membawa anaknya kepada Rasul saw. seraya berkata, “Sesungguhnya putraku menderita gangguan (gila) yang menimpanya setiap kami makan siang atau malam.” Setelah itu, Rasul saw. mengusap dadanya dan berdoa untuk kesembuhannya kemudian dia muntah dan keluarlah sesuatu, seperti anjing hitam. Akhirnya, sembuhlah dia (HR. ad-Daruquthni dan al-Baihaqi).
Akan tetapi, ayat-ayat dan hadits-hadits di atas diperselisihkan makna dan atau nilainya oleh para ulama. Ada yang memahaminya secara tekstual. Ulama-ulama yang menolak pemahaman tekstual itu memahami ayat-ayat dan hadits-hadits itu sebagai ilustrasi untuk mempermudah pemahaman, bukan dalam arti harfiahnya. Az- Zamakhsyari (1075-1144 M), seorang tokoh tafsir beraliran rasional, mengomentari QS. al-Baqarah [2]: 275 di atas bahwa “ini berdasarkan kepercayaan orang-orang musyrik Arab, maka penyebutan di sini adalah berdasarkan hal tersebut—bukan dalam arti yang sebenarnya.”
Selanjutnya, mereka berkata terhadap mereka yang dinamai kesurupan bahwa ada gangguan kejiwaan pada dirinya atau ada sesuatu yang menjadikan otaknya tidak berfungsi dengan baik. Itu jawaban penganut paham rasional. “Kami sependapat”, kata penganut paham tekstual, “tetapi bukan hanya itu sebabnya.”Jin -kata Ibnu Taimiyah- dapat juga menjadi penyebab. Penyebab itu boleh jadi jin yang senang kepada seseorang, misalnya ingin mengawininya, atau membencinya, atau boleh jadi, dia hanya iseng untuk bergurau, layaknya anak-anak kecil. Kalau bukan jin, mengapa yang kerasukan melakukan hal-hal yang tidak biasa bahkan tidak pernah dia lakukan sebelumnya, baik dalam bentuk perbuatan maupun ucapan? Apa yang menjadikan dia mampu berbahasa selain bahasa yang sehari-hari dia ketahui? Apa yang menjadikan dia begitu kuat? Mengapa dia mampu meniru suara orang lain yang tidak pernah dia temui? Agaknya, tepat apa yang dikemukakan oleh sastrawan dan kritikus Inggris kenamaan Huxley (1894-1963), bahwa dia tidak menganggap pendapat yang membenarkan menyurupnya setan ke badan manusia sebagai suatu pendapat yang bodoh. “Saya tidak menemukan kontradiksi menyangkut ide yang menyatakan adanya wujud ruh-ruh selain manusia yang baik dan yang buruk atau tidak baik dan tidak juga buruk. Tidak juga ada yang memaksa akal kita untuk menetapkan bahwa ‘potensi memahami’ tidak dapat diraih kecuali manusia dan hewan. Ini kalau kita menerima kenyataankenyataan yang ada,… kenyataan-kenyataan yang dapat dikatakan sangat sulit untuk ditolak.”
Dalam buku saya, Yang Tersembunyi, saya mengemukakan bahwa, “Paling tidak, kita dapat berkata bahwa tidaklah wajar bagi nalar atau ilmu pengetahuan mengabaikan apa yang dinamai kesurupan karena ribuan orang di berbagai tempat pernah menyaksikan atau mengalaminya. Tidak pula wajar menolak penjelasan agamawan tentang sebab-sebabnya sebelum para ilmuwan mampu memberi penjelasan yang memuaskan para ilmuwan sendiri sebelum memuaskan agamawan. Para dokter tidak wajar melecehkan dan memandang dengan sebelah mata para agamawan yang menamai kenyataan di atas sebagai kesurupan karena nama tidaklah menjadi masalah.”
Pengakuan kita tentang adanya apa yang dinamai ‘kesurupan’ dan bahwa masalahnya belum terungkap secara ilmiah, merupakan langkah awal untuk melakukan penelitian serius, dan memang masih terlalu banyak hal yang berkaitan dengan manusia lebih-lebih jiwanya yang merupakan wilayah-wilayah gelap bagi ilmuwan sendiri.”
Demikian, wallahu a’lam.
Sumber: http://alifmagz.com/quran-answer/bagaimana-islam-memandang-%e2%80%9ckesurupan%e2%80%9d/