Panrita.id

Sia-siakah Doa Anak yang Sholeh untuk Orangtua Berbeda Agama?

Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. (Profil)

Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ

 

Tanya:
Bagaimana dengan doa anak yang sholeh pada orangtuanya yang telah tiada, namun orangtuanya tersebut berbeda keyakinan dengan anak yang mendoakannya. Mohon penjelasannya.

Jawab:
Allah memerintahkan seorang anak untuk menaati orangtuanya dan mensyukurinya. Ketaatan dan syukur kepada mereka digandengkan dengan ketaatan dan syukur kepada Allah. Perhatikan firman Allah dalam al-Quran surah al-Isra [17]: 23 dan surah QS. Luqman [31]: 14. Mensyukuri kedua orangtua diwajibkan karena, melalui mereka, seorang anak lahir, terpelihara, dan terdidik.

Dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, diperoleh informasi bahwa ketaatan kepada Allah saja tanpa taat kepada kedua orangtua belum cukup untuk meraih keridhaan Allah. Karena itu, dengan tegas Allah menyebut kewajiban taat dan syukur kepada orangtua bergandengan dengan kewajiban taat dan syukur kepada-Nya. Dengan kata lain, ketaatan kepada Allah ditandai dengan ketaatan kepada kedua orangtua. Karena itu, Nabi saw. bersabda, “Ridha Allah diperoleh melalui ridha orangtua, dan kemurkaan Allah ada dalam kemurkaan orangtua.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari sahabat Nabi, Ibnu ‘Amr bin al-‘Ash.

Tentu saja, ini berlaku dalam hal-hal yang sejalan dengan petunjuk Ilahi. Sebab, jika bertentangan dengan petunjuk Allah, maka seorang anak tidak boleh menaati orangtuanya. Kendati demikian, ia tetap wajib menghormati mereka dan tidak melukai perasaan mereka, sekalipun mereka bukan Muslim.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Usayd al-Sa’id, disebutkan bahwa ada seseorang datang kepada Nabi dan bertanya, “Apakah masih ada kewajiban berbuat baik kepada kedua orangtua saya setelah mereka wafat?” Nabi menjawab, “Ya, berdoa dan memohon ampun untuk keduanya, melaksanakan pesan-pesannya, dan menghubungkan tali kekeluargaan atau silaturahim kepada mereka yang tidak terjadi hubungan kekeluargaan tanpa keduanya, dan berbuat baik atau menghormati teman-temannya.”

Orangtua yang telah wafat mendambakan berbagai hal itu dari putra-putrinya. Karena itu, sekali lagi, belumlah cukup bakti seorang anak kepada orangtuanya kecuali bila dia mendoakan mereka yang telah wafat mendahuluinya. Doa ini sangat penting, sehingga al-Qur’an menggarisbawahi pujian kepada mereka yang mendoakan saudara-saudaranya seiman yang telah wafat (QS. al-Hasyr [59]: 10), dan menginformasikan doa Nabi kepada orangtua mereka (QS. Nuh [71]: 28), serta mengingatkan bahwa doa hanya terlarang bagi mereka (termasuk orangtua) yang telah meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah (QS. al-Mumtahanah [60]: 4). Sebab, Allah telah menggariskan bahwa Dia tidak mengampuni siapa pun yang meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah (QS. an-Nisa [4]: 48).

Jika demikian ketetapan-Nya, maka tidaklah wajar -dan bahkan sia-sia- untuk memohonkan ampunan bagi mereka. Bahwa kelak di hari kemudian Allah berkehendak mengubah ketetapan-Nya itu berdasarkan kebijaksanaan dan pengetahuan-Nya, itu adalah hak prerogatif Allah. Tidak ada satu makhluk pun berwenang ikut campur dalam urusan-Nya (QS. al-Maidah [5]: 118). Demikian, wallahu a’lam.

Sumber: http://alifmagz.com/quran-answer/doa-anak-yang-sholeh/